Posted by : Lidatan Senin, 11 Maret 2013


Oh! Mr. Hikkikomori

A Naruto Fanfiction

All Character Naruto © Masashi Kishimoto

NHK Ni Youkoso © Tatsuhiko Takimoto

Story © Vanille Yacchan

Warning : OOC, AU, TYPO(S), DLDR, SASUSAKU, LOLICON

Rated T

Summary : Ketika kita mendengar kata Hikkikomori, apa yang terlintas dalam pikiran kita? Otaku? Anime? Manga? Game? Cupu?/Uchiha Sasuke, pemuda yang memilih untuk mengisolasi dirinya dari kehidupan sosial, tetangga apartemen maniak, dan gadis pink yang misterius/Welcome to the Hikkikomori World!

...

BRAAK

“Aku berhenti nii-san!” Teriak bocah berumur sepuluh tahun itu menggebrak meja di hadapannya, “Aku tahu kau membodohi ku ‘kan?” Tambahnya seraya menghempaskan kartu-kartu yang berada di kedua tangannya di atas meja.

Pemuda yang lebih tua darinya hanya merespon dengan sebuah seringaian. Tak ayal membuat bocah berumur sepuluh tahun itu kesal.

”Arrghh... menyebalkan!!” Pekiknya seraya memalingkan wajahnya.

“Orang-orang yang berlayar menempuh samudera, atom yang memblokir datangnya cahaya, molekul-molekul jamur yang membasahi makanan—“

Bocah berumur sepuluh tahun itu seketika memalingkan wajahnya, menatap sosok pemuda lebih tua darinya yang kini menumpu wajahnya dengan satu tangannya di sebuah bingkai jendela. Kerutan halus menghiasi kening bocah itu.

“Apa yang kau bicarakan sih?” Potong bocah itu.

Namun sang pemuda hanya mengabaikannya, ia tetap meneruskan kalimat yang terpotong oleh bocah yang kini menatapnya bingung, “—dan lebih dari yang kita ketahui.” Jeda sebentar,  kedua bola mata hitam pemuda itu memandang lurus untaian kanvas biru cerah yang terbentang di hadapannya.

“Apa kau tahu Sasuke?” Lanjut pemuda itu seraya memalingkan wajahnya, menatap lurus di kedua bola mata hitam bocah di hadapannya yang sama persis seperti miliknya. Tak lama pemuda itu kembali memalingkan wajahnya, memejamkan matanya guna meresapi hembusan angin yang meniup surai hitamnya.

“Ada sebuah konspirasi yang mencoba mempengaruhi masyarakat di zaman ini, dan kita tak dapat berbuat apa-apa untuk menghentikannya. Jika kau pintar mengabaikannya—“
Pemuda itu menghela nafas pelan, dengan perlahan ia mengangkat kedua kelopak matanya.

“—maka kau tidak akan terjebak di dalamnya.”

.

.

[Chapter Two : Crazy Delusional, Fight!! Fight!! The Enemy, and Her]

.

.

Sasuke mengerjap-ngerjapkan matanya. Atensinya mengarah pada jam dinding yang tergantung di pojok ruangan kamar tidurnya, ‘ah~ sudah pukul 10 AM.’ Pikirnya. Setelah insiden memalukan itu, ia tanpa ragu kembali ke apartemennya. Mencoba mengistirahatkan kedua matanya serta batinnya yang benar-benar tercerai berai. Ya~ walaupun sekitar jam empat pagi pemuda itu dapat benar-benar terlelap.

‘Brengsek kau Naruto.’ Rutuk innernya kesal.

Ia beranjak dari ranjangnya, menguap sembari merentangkan kedua tangannya. Langkah kakinya membawanya ke ruangan dapur, tetapi ketika memorinya teringat dengan kondisinya sekarang, ‘pemuda miskin yang tak memiliki uang lebih.’ Dengan sukses langkah kakinya tertahan, tubuhnya melemas.
‘Apa yang harus ku lakukan!!’ Jerit innernya berurai air mata.
 
Menelpon ibunya dan mengatakan, ‘kaa-san aku kehabisan uang, bisa tolong kirimkan?’ Hell!! Pikiran itu tak akan pernah mungkin ia lakukan, walaupun keluarganya cukup mapan membiayaianya, tapi ia bertekad tak ingin menyusahkan kedua orang tuanya.

Sasuke memutar tubuhnya, berbalik melangkahkan kakinya menuju kamarnya. Tak lama Sasuke menghenyakkan pantatnya di sebuah kursi empuk. Mata sayunya menatap layar flat monitor komputer yang menyala dua puluh empat jam non stop di hadapannya. Tangannya bergerak menggapai mouse dengan lemas. Kursor mousenya mengklik taskbar aplikasi browser yang tersedia di dalam komputernya.
Seketika layar flat komputernya menampilkan wujud aplikasi browser tersebut, kedua tangannya bergerak mengetik sebuah URL website dalam ruang tool bar address bar. Tanpa menunggu lama, koneksi internet itu terhubung pada dunia cyberspace. Onyxnya menyisiri tiap bait kalimat yang tertera di layar monitornya.

“Elavil ; inhibitor monoamine, Selective serotonin reuptake inhibitors, Prozac, gumamnya seraya onyxnya masih setia menatap layar flat monitor di hadapannya. “Err... dimana Benzodiazepin... Benzodiazepin... Benzodiazepin...” Kursor mousenya dengan tak sabaran menscroll area scroll bar pada browsernya.   

Mata sayunya seketika mendelik. Rasa amarahnya memuncak. Ia menggebrak keyboard di hadapannya agak keras, ‘dasar website tidak berguna.Teriak innernya. Pemuda raven itu dengan gesit mengklik tombol close pada browsernya. Ia menyandarkan tubuhnya pada punggung kursi. Menghela nafas dalam sembari tangan kanannya memijat keningnya dengan perlahan. Ia perlu obat penenang anti depresi itu, ya~ walaupun faktanya kondisi keuangannya menipis. Dan satu-satunya jalan terbaik untuk mendapatkannya hanyalah meminjam uang, ‘tapi siapa?’ Tanya innernya. Seketika jaringan saraf di otaknya mendeteksi sebuah ide, tanpa sengaja bibir tipisnya menyeringai.

Tak lama sebuah bunyi bel menginterupsi rancangan ide jahatnya. Sasuke mendecakkan lidahnya, ‘siang-siang begini siapa yang memencet bel sih?’ Pikirnya. Ia beranjak dari kursi empuknya, melangkahkan kakinya menuju pintu depan apartemen. Tangannya bergerak membuka knop pintu secara waspada. Hal pertama yang dapat onyxnya lihat adalah seorang wanita paruh baya bersurai brunette yang kini tersenyum lebar menatap Sasuke.

“Ap-apa yang kau inginkan?” Gagap Sasuke to the point, merasa canggung dengan tatapan wanita brunette di hadapannya.

Dengan sekejap wanita brunette itu merogoh sesuatu di dalam tas jinjing magentanya. Ia mengangsurkan sebuah selebaran di hadapan pemuda raven yang kini mengangkat satu alisnya.

“Kami membagi gratis selebaran ini, maukah kau melihatnya?” Pinta wanita brunette itu, parasnya yang telah di makan usia itu masih setia mengumbar senyuman. Onyx Sasuke dengan cekatan menyisiri tulisan cover selebaran yang berada di kedua tangan kurus wanita brunette di hadapannya. Seketika matanya mendelik, ‘a-ajakan sosialisasi!!’ Pekik innernya tak percaya.

Well—kita semua tahu jika pemuda bermarga Uchiha ini seorang penyandang hikkikomori, dan faktanya seorang hikkikomori itu tak begitu pintar jika di hadapkan dengan interaksi antar makhluk hidup. Apalagi jika pemuda pantat ayam itu di hadapkan dengan sebuah perkumpulan yang notabene hampir seluruh karakteristik manusia terkumpul di dalam sana. Oh! GOD! Mungkin ia akan memilih menjatuhkan dirinya di atas gedung bertingkat.  

Sebuah pertanyaan timbul di benak pemuda raven itu, mengapa dari semua makhluk berakal di muka bumi, ia harus di hadapkan dengan orang seperti ini?

‘Sial!’ Teriak innernya. Pemuda raven itu belum siap dengan peralihan penyakit anti-sosialnya menjadi seorang pemuda yang peduli dengan kondisi lingkungan luar. Tapi tanpa di duga-duga sang pencipta mengirimkannya makhluk asing pertama yang mencoba berinteraksi dengannya. Oh! Crap, pemuda pantat ayam itu mengutuk ketidak adilan yang telah terjadi padanya sekarang.

“Tolong lihatlah sekali saja!” Suara lembut wanita brunette di hadapan Sasuke sukses membuyarkan pikirannya. Sasuke berdeham guna membasahi kerongkongannya yang sedikit kering, ‘aku harus mengatakan padanya bahwa aku tak tertarik dan voila wanita ini akan segera menjauh dari hadapanku.’ Ucap innernya memutuskan sebuah konklusi yang tercetak di dalam otaknya.

“Maaf, aku tidak ter—“

Tanpa di duga wanita brunette itu membuka selebaran yang di pegang di kedua tangannya. Telunjuk kurusnya menunjuk sebuah kalimat yang membuat pemuda di hadapannya melotot sempurna.

Penyakit mengerikan hikkikomori akan menghancurkan masa muda kita, resiko apa yang anda ambil? Segeralah bergabung dengan kami... Onyx Sasuke menyisiri tiap bait kalimat yang di tunjuk wanita brunette di hadapannya. Ia membeku, ‘apa-apaan wanita ini?’ Jerit innernya histeris.

“Ya! Bulan ini secara spesial kami mengangkat tema ini, apa kau tertarik?” Tanya wanita itu seraya tersenyum ramah. Terus terang saja keramahan yang diberikan wanita itu membuat Sasuke merasa... well—marah?

‘YA! TENTU SAJA AKU TERTARIK!!’ Teriak innernya dengan nada sarkatis, ‘tenang... tenanglah! Jangan berbuat yang menimbulkan kecurigaan, jika kau tak mau membuatnya berteriak.’ Imbuh innernya menasihati.

“Te-te-tentu saja!” Serunya canggung sembari tangan kanannya menggaruk belakang kepalanya tak gatal, di lanjutkan dengan suara tawa garing yang keluar dari bibirnya. Figur wanita setengah baya itu hanya merespon pemuda di hadapannya dengan sebuah senyuman.

“Hikkikomori? Aku tak percaya mengapa negara ini banyak sekali penderita hikkikomori!!” Sergah Sasuke dengan setengah nada mencemooh. Sedangkan wanita di hadapannya hanya mengangguk afirmatif, “dan kau mungkin tak akan percaya jika pemuda di hadapanmu juga seorang HIKKIKOMORI!!” Imbuhnya dengan nada sedikit keras di akhir suku kata yang ia ucapkan. Wanita brunette itu melotot, bibir merahnya yang dipulas dengan lipstik itu menganga.

“HIKKIKOMORI? YANG BENAR SAJA!! APA KAU BERCANDA!? TAK MUNGKIN AKU MERASA TERASINGKAN DI MUKA BUMI SEPERTI INI!” Teriak pemuda Uchiha itu meluap-luap, ‘oh! God! Bunuh aku sekarang juga! Apa yang ku katakan barusan? Bukankah aku sudah setuju tak akan bertindak aneh!!’ Innernya memekik. Karena emosi menguasai tubuhnya, pemuda itu tak lagi memedulikan seruan innernya.

“TIDAK HANYA ITU SAJA, BAHKAN AKU TAK PERNAH BERKOMUNIKASI DENGAN ORANG LAIN SELAMA SATU TAHUN. AKU DI DROP OUT DARI PERKULIAHAN TANPA PEKERJAAN, DAN DISINILAH AKU SEKARANG, MENJADI PENYANDANG HIKKIKOMORI!!” Jelas Sasuke seraya tertawa sarkatis, “HAL YANG PALING TERBURUK DARI SEGALANYA AKU MEMILIKI SEBUAH MASA DEPAN YANG SIA-SIA, SETIAP KEJADIAN YANG MENIMPAKU SELALU SAJA TAK MASUK AKAL, KAU TAHU?” 

Dengan sekejap Sasuke mencondongkan tubuhnya ke arah wanita brunette itu. Tak ayal gerakan singkat itu membuat wanita brunette di hadapannya terperanjat, matanya sedikit melotot. Onyx Sasuke menatap emerald wanita brunette itu dengan tatapan intimidasi, “EEEH!! NYONYA, APA KAU BODOH? BEGITU TAK SOPANNYA KAU MENANYAKAN ‘RESIKO APA YANG ANDA AMBIL’ PADA HIKKIKOMORI! JIKA AKU BISA BERHARAP SEMBUH DARI HIKKIKOMORI AKU TIDAK AKAN MERASA SEFRUSTASI INI SEKARANG!!” Beber pemuda Uchiha itu geram.

Sasuke menegakkan punggungnya, onyxnya dapat melihat wanita di hadapannya menghela nafas lega. Pemuda raven itu mencibir, “KALIAN SEMUA PIKIR, KALIAN TAHU TENTANG DIRIKU!? AKU BAHKAN SENDIRI TAK TAHU MENGENAI DIRIKU... JADI TAK MUNGKIN KALIAN BISA MENGERTI!” Bentak Sasuke, wanita brunette itu kembali terperanjat. Tentu saja di karenakan oleh kata-kata pedas yang dilontarkan dari bibir pemuda di hadapannya.

“Err... se-sepertinya aku terburu-buru. Aku harus pergi, maaf jika telah mengganggumu.” Ucap wanita brunette itu takut-takut. Tubuhnya berbalik meninggalkan sosok Sasuke yang masih berdiri tegak di ambang pintu apartemennya.

Tangan kanan pemuda raven itu menggebrak keras pintu kayu berbalut cat berwarna putih di sampingnya, mengindahkan rasa nyeri yang berdenyut di tangan kanannya, “SIAL!!” Jeritnya.

.

.

.

.

Uzumaki Naruto, pemuda kuning yang notabene penderita akut delusif. Pemuda yang selalu mengaku jika dunia ilusi itu lebih menyenangkan jika di bandingkan dengan realita di muka bumi. Pemuda yang akan memilih gadis dua dimensi dibandingkan dengan gadis tiga dimensi yang menurutnya begitu merepotkan. Ah~ bahkan kau tak akan pernah habis mendeskripsikan bagaimana pemuda itu begitu memuja segala sesuatu yang berhubungan dengan dunia delusif yang dimilikinya.

Iris birunya menyortir beberapa kepingan koleksi DVD  anime mecha miliknya tempo dulu yang ia beli di Akibahara, “Gundam, Evangelion, Gurren Lagann...” Gumamnya sembari beberapa DVD itu ia hempaskan dengan kasar di lantai apartemennya.

Seketika matanya melotot, bibirnya menganga ketika iris birunya menangkap sebuah objek yang telah lama ia cari-cari. Tangannya bergerak mengangkat sang objek yang membuatnya seperti orang bodoh. Kedua iris birunya menatap sang objek dengan tatapan layaknya seorang pemuda yang rindu dengan kekasihnya, 
“A-a-a-astro ASTRO BOY!! Ini dia!! Akhirnya aku menemukanmu!!” Jerit pemuda kuning itu bangkit dari acara jongkoknya, berjingkrak-jingkrak merayakan euforianya sembari tangannya memeluk erat DVD tak berdosa itu. Bisa kau bayangkan betapa bahagianya pemuda kuning itu? 

Tanpa menunggu lama, Naruto melenggos pergi menuju komputer layar flat yang tak jauh dari tempat kumpulan koleksi DVD yang pemuda itu timbun. Ia menghempaskan pantatnya di sebuah kursi empuk. Tak henti-hentinya Naruto mengerahkan senyuman di paras imutnya. Terus terang saja, ia begitu rindu dengan tontonan masa kecilnya. Bahkan sekarang pemuda itu dapat merasakan nostalgia di bulan Agustus pada masa penayangan anime jadul itu.

Tangannya terjulur meraih mouse, dengan tak sabaran ia mempause media player yang notabene dari tadi ia mainkan dengan volume medium. Ketika jari telunjuknya hendak menyentuh tombol CD ROM, sebuah bunyi ‘BUUK’ beserta umpatan kesal menembus indera pendengaran pemuda itu.

Kerutan halus menghiasi kening Naruto. Ada apa dengan tetangga sebelah apartemennya? Jaringan saraf di otaknya mencoba menerka-nerka sebuah konklusi yang membuat senpai semasa SMPnya itu tiba-tiba mengamuk, ‘ah~ mungkin ia kesal karena kalah main game.’  Terka innernya sembari menganggukkan kepalanya, ‘atau ia kesal karena kehabisan makanan, mungkin juga!’ Imbuh innernya.

Tak lama sebuah bunyi pintu apartemen ditutup dengan kasar beserta teriakan bak banshee menginterupsi pergerakan tangan pemuda kuning yang mencoba memasukkan kepingan DVD di area CD ROM miliknya. Naruto mendengus, memorinya teringat akan kejadian mengerikan semalam. Untuk apa ia memedulikan orang yang telah mencoba merebut Mikarin miliknya?

Mengindahkan segala konklusi yang telah tercetak di otaknya, pemuda itu kembali pada rutinitas awalnya. Bibirnya merekah ketika iris birunya menatap layar flat komputer di hadapannya yang kini menampilkan figur robot karya mangaka Osamu Tezuka yang notabene di cap sebagai ‘the father of manga.’
‘Balas dendam itu memang menyenangkan hahaha~’ ucap innernya sembari tertawa senang.

.

.

.

.

BRAAK

Pemuda Uchiha itu menutup pintu apartemennya secara kasar. Tangannya bergerak mengacak rambut pantat ayamnya sembari berteriak histeris.

“AAARGGGHH!!”

Ia menghentak-hentakkan kakinya pada lantai apartemen. Tak lama Sasuke menghenyakkan pantatnya pada lantai solid, kepala ayamnya ia rebahkan di atas sebuah meja berkaki rendah di hadapannya. Sasuke menghela nafas dalam. Apa yang telah ia lakukan barusan bukanlah di luar akalnya. Seumur hidup ia tak pernah berteriak keras di hadapan seorang wanita yang notabene masih seumuran dengan ibunya sendiri.

Hell!! Tak cukupkah Tuhan memberinya kesialan yang menimpanya semalam? Dan sekarang ia terduduk menyesal dengan sikapnya yang kasar. Andai waktu bisa diputar balikkan, ia tak akan pernah memilih membuka pintu apartemennya.

Sasuke menegakkan kepalanya, onyx sayunya tertuju pada lemari kayu bepernis di hadapannya. Pemuda itu bangkit dari duduknya, melangkahkan kakinya menuju ke hadapan lemari kayu bepernis tersebut.
Pemuda Uchiha itu menelan salivanya, agak ragu membuka knop pintu lemari berelief yang sama sekali tak pernah ia perhatikan. Tapi Sasuke menggeleng kuat kepalanya, ia butuh barang itu sekarang juga!! Dengan gesit kedua tangannya membuka knop pintu lemari, menggapai benda yang ia anggap sebagai pelarian rasa frustasinya. Tanpa menutup lemari yang sudah lama menjadi perabot penghias di ruang tengah apartemennya, pemuda itu kembali menghenyakkan pantatnya di lantai solid, mengindahkan rasa tak nyaman yang hinggap di punggungnya.

Indera penciumannya menghirup sisa obat berbentuk bubuk—obat penenang anti depresi yang ia anggap ampuh menetralisir rasa gugup maupun rasa frustasi yang ia miliki sekarang.

“AAAAAH~” pemuda raven itu menghela nafas lega sembari ia merebahkan tubuhnya di lantai apartemen. Kelopak matanya perlahan menutup, merasakan sensasi menenangkan pasca menghirup benda yang biasanya menciptakan delusi absurd bagi penggunanya. Iris onyxnya terangkat, pandangannya mulai mengabur. Pemuda raven itu merasakan dunia seolah-olah berputar, dan menciptakan dimensi delusif yang tak terlepas dari pengaruh obat penenang anti depresi yang ia hirup.

“Oh yah~ ini dia!!” Gumam Sasuke, “halllo semuanya!! Tuan Televisi, tuan Lemari, tuan Kulkas, tuan Dispenser dan tuan Stereo system. Apa kabar~~” sapanya, meracau tak jelas.
“Hai, Sasuke!! Apa kehidupanmu sebagai hikkikomori sudah berakhir?” Tanya salah satu benda menyerupai kulkas.

Sasuke bangkit dari tidurnya, atensinya mengarah pada benda yang berfungsi sebagai pendingin makanan maupun minuman yang kini memiliki sepasang indera penglihatan dan bahkan bisa berbicara!!

“Tidak!!” Respon Sasuke sembari menggelengkan kepalanya lemah. Sebuah pertanyaan timbul di benaknya,  
‘Oh! God! Aku kembali tersesat di dunia ini lagi!?!’

“Ayolah~ kebiasaan mengurung dirimu di dalam apartemen ini bukan hal yang bagus. Cobalah sesekali kau merasakan dunia luar!!” Kini benda menyerupai lemari angkat bicara, sembari bibir besarnya tersenyum lebar.

“Mana mungkin!! Jika aku keluar dari apartemen ini, anak-anak lain akan memanggilku dan menatap remeh kepadaku!!” Teriak Sasuke seraya mengacak rambut pantat ayamnya.

Tak jauh dari letak lemari sebuah benda elektronik bernama Stereo system mencibir, “Haah~ kau tetap saja selalu bodoh!!”

“Tunggu dulu tuan Stereo system. Ia begitu karena diserang oleh musuh!!” Interupsi sebuah Dispenser.

“Oleh musuh? Apa maksudnya?” Kedua alis Stereo system itu bertautan.

Dispenser mengangguk afirmatif, “Ya! Game yang sering ia mainkan, doujinshi-doujinshi yang sering ia beli, bahkan anime-anime yang biasanya ia tonton secara online! Merekalah musuhnya!! Ini konspirasi!! Konspirasi!!” Jerit Dispenser meluap-luap, sedangkan Sasuke yang tak jauh dari tempat mereka hanya melongo menatap dua benda itu saling berkomunikasi.

“AAAKHH!! Tak salah lagi, ini ulah jahat organisasi rahasia!! Merekalah yang membuat benda-benda yang kau sebutkan tadi, tuan Dispenser!!” Jerit benda elektronik bernama Televisi, “mereka membuat hal itu agar dapat menanamkan bibit otaku dalam populasi jiwa manusia. Akibatnya, keahlian dalam berinteraksi antar manusia menurun, dan bahkan banyak hikkikomori menjamur di dunia ini!!” Imbuh Televisi seraya menggelengkan kepalanya.   

Keempat benda hidup dalam dunia delusif milik pemuda raven itu mengangguk setuju terhadap gagasan tuan Televisi, “Kau harus melawannya Sasuke!!” Teriak kelima benda hidup itu menyemangati pemuda raven yang kini bangkit dari duduknya. Onyxnya berkilat cerah.

‘Benar! Aku harus mencari pekerjaan untuk melawan konspirasi ini!!’

.

.

.

.

Iris onyxnya mengawasi bangunan modern bercat putih yang dipadukan dengan warna gading. Pemuda raven itu menghela nafas dalam. Sebagai seseorang yang agak terganggu seperti dirinya, faktanya ia tak akan mau mengikuti ajakan khayalan gila yang baru saja ia alami. Tapi lihatlah sisi baiknya, Sasuke mulai mencoba keluar dari kehidupan hikkikomorinya, bahkan pemuda raven itu berterima kasih pada khayalan gila yang menyadarkannya agar tak takut terhadap realita di dunia ini.

Atensinya bergantian menatap bangunan modern dihadapannya dan kembali menatap CV yang ia pegangi. Sasuke kembali menghela nafas. Sebenarnya, ia masih tak siap. Tapi inilah jalan satu-satunya untuk melawan konspirasi organisasi terselubung yang notabene sudah membuatnya menjadi korban.

Tangannya bergerak menyentuh gagang pintu yang terbuat dari besi aluminium. Dengan kekuatan penuh Sasuke menarik pintu kaca, menyisipi diantara dua pintu kaca tebal yang terbuka lebar. Ketika pemuda Uchiha itu menapakkan kakinya di dalam ruangan, ia disambut udara dingin air conditioner yang temperaturnya di atur agak tinggi, dengan perlahan Sasuke mendongak dan di buat takjub oleh  relief-relief keagamaan yang terukir di langit-langit bangunan.

‘Ini perpustakaan atau bangunan tempat berdoa?’ Tanya inner Sasuke sembari menggelengkan kepalanya tak percaya. Atensinya menyapu ruangan, meneliti tiap-tiap desain bangunan yang ia anggap bak katedral Inggris. Keningnya mengkerut, walaupun desain interiornya agak berbeda dari perpustakaan lainnya, tapi tetap saja menurut pemuda Uchiha itu, ‘ini terlalu berlebihan!’

Tanpa sengaja onyxnya menangkap sosok gadis belia memakai kupluk berwarna peach— menutupi setengah rambutnya yang berwarna pink, ‘pink? Di zaman sekarang, ternyata gadis belia senang mengecat rambutnya.’ Innernya menggeleng, menyayangkan keadaan zaman modern yang tak lebih membuat manusia menjadi semakin absurd.

Si-gadis-kupluk itu duduk tak jauh dari tempat si pemuda Uchiha itu berdiri, Sasuke yakin jika si gadis merupakan petugas tetap perpustakaan. Dengan jiwa percaya diri, pemuda Uchiha itu melangkahkan kakinya menuju area counter pelayanan.

Dalam jarak satu meter, langkah kaki pemuda raven itu tertahan. Sasuke menghirup rakus udara di sekitarnya, tak ayal sang pemuda yang bisa di katakan memiliki paras cukup tampan itu kini menjadi pusat perhatian di kalangan gadis-gadis yang berseliweran—tak jauh dari tempat pemuda itu berdiri.

Faktanya, ia cukup—bahkan bisa dibilang sangat benci jika di hadapkan dengan kondisi yang ia alami sekarang. Maka dengan sifat apatisnya, Sasuke melanjutkan langkah kakinya menuju area counter pelayanan yang ia anggap begitu jauh.

Tangan Sasuke terjulur gemetar, ia agak ragu menyentuh bahu si gadis—yang dari tadi onyxnya perhatikan agak sibuk dengan bahan bacaannya. Dengan menutup erat kedua kelopak matanya, perlahan Sasuke menepuk bahu si gadis. Gadis-kupluk itu tersentak di karenakan sentuhan tiba-tiba yang menimbulkan efek kejut, dengan respon penasaran, si gadis memalingkan wajahnya. Iris emeraldnya mendapati seorang pemuda yang perlahan mengangkat kedua kelopak matanya.

Onyx dan emerald itu saling bertatapan. Sang onyx meneliti tiap-tiap inci rupa sang gadis. Otaknya mencoba mencerna, mengingat bagaimana iris emeraldnya, hidungnya yang mancung, warna rambut si gadis yang tak biasa, bibir pinknya yang merekah. Seketika memori kejadian di malam mengerikan itu hinggap di otak pemuda itu, bak serentetan potongan-potongan film yang terpisah ; emerald yang mendelik, surai pendeknya yang berwarna abnormal di hembus angin malam, bibir pinknya yang menganga.

Jaringan saraf di otak pemuda itu mencoba mencocokan karakteristik gadis di hadapannya dengan gadis di dalam memorinya. Sebuah konklusi yang di buat oleh otak pemuda itu membuatnya seperti dihantam batu besar, gadis yang berada di hadapannya adalah gadis yang sama di malam itu. Onyxnya mendelik, ‘d-d-d-dia gadis yang itu!!’

Sang emerald hanya menatapnya tajam. Tak ada sedikit pun sebuah ekspresi yang terpatri di wajah mudanya, hanya ada raut datar. Pemuda Uchiha itu sedikit takut, ‘tak salah lagi dari tatapannya, ia pasti ingat kejadian malam itu!! Gadis ini pasti akan mengataiku pemuda aneh bahkan pemuda cabul kekurangan hormon!!’

Spontan, Sasuke menundukkan kepalanya. Bahkan ia masih bisa merasakan emerald tajam itu mengebor setiap inci bagian tubuhnya, ‘apa yang akan ku lakukan?’ Jerit innernya terdesak. Pilihan Sasuke hanya ada dua; tinggalkan tempat ini lalu mengunci dirinya di apartemen tercinta miliknya, atau tetap di sini dan dengan senang hati mendengar cacian yang akan terlontar dari bibir gadis di hadapannya. Pemuda dengan tipe seperti Sasuke tentu saja akan memilih option pertama. Hell, memangnya ia sudi dicela dengan keadaan salah paham? Harga dirinya yang tinggi itu tak akan mampu menanggung rasa malunya.

Pemuda itu bersiap membalikkan tubuhnya, tapi sebuah tawa ringan berhasil menginterupsi pergerakan langkah kaki Sasuke. Apa indera pendengarannya sudah mulai rusak? Mana mungkin gadis di hadapannya tertawa? Sasuke jelas tahu, jenis tawa itu bukan jenis tawa meremehkan atau tawa mengejek. Meyakinkan indera pendengarannya, pemuda raven itu menegakkan kepalanya. Atensinya terfokus pada gadis pink yang kini tersenyum manis ke arahnya.

“Halllooo, tuan emo!!” Sapa gadis itu, di lanjutkan sebuah tawa geli terlontar dari bibirnya, entah di karenakan ekspresi melongo pemuda di hadapannya atau kebodohan yang mereka ciptakan saat pertemuan tak sengaja ini.

Onyxnya mendelik. Pemuda itu meyakini bahwa bukan indera pendengarannya yang sudah rusak, tapi otak gadis pink ini yang di khawatirkan sudah rusak total, ‘ada apa dengannya?’ Tanya inner Sasuke sedikit tak percaya.

“Kau ingat aku tidak?” Pancing gadis pink itu seraya menunjuk-nunjuk wajahnya sendiri. Sedangkan Sasuke hanya bergumam tidak jelas, yang mengakibatkan si gadis mencondongkan sedikit tubuhnya ke arahnya, “Hah? Aku tidak mendengar apapun!!” Suara nyaringnya mampu membuat setengah pengunjung menatap ke arah mereka. Kedua objek yang di tatap hanya menunjukkan sikap apatis, merasa tak terjadi apa-apa.

“A-a-a-akuu tak ingat sama sekali!” Elak Sasuke sedikit memundurkan tubuhnya, ‘uwaaaah!! Apa yang ku ucapkan barusan?’

Sebuah raut bingung menghiasi paras imut gadis pink itu, “Seingatku, kau yang waktu itu ‘kan? Pemuda yang sedang memegangi—“ jeda sebentar, gadis pink itu berdeham, “boneka yang err—kau tahulah!!” Ucapnya di akhiri dengan tatapan berharap jika pemuda di hadapannya merupakan orang yang ia maksud.

Sasuke menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal. Wajahnya di penuhi dengan rona merah bak tomat yang siap di panen, “P-p-pasti kau salah orang. Itu tak mungkin aku. Gomenasai!!” Sahut Sasuke bergegas meninggalkan sosok gadis pink yang melongo menatap punggung pemuda itu.

Dengan perlahan, figur gadis pink itu menegakkan tubuhnya, “Ah~ bahkan aku belum menanyakan apa keperluannya!!” Keluh gadis itu sembari menumpu wajahnya dengan satu tangannya.

Tak sengaja atensinya beralih pada sebuah map yang tergeletak di atas meja counternya. Satu alisnya terangkat, “Ini milik siapa?” Gumamnya, seolah-olah bertanya pada dirinya sendiri. Karena rasa penasaran menggelayuti dirinya. Tangannya bergerak membuka map berwarna hijau itu. Iris emeraldnya menyisiri bait kalimat yang tertera di dalam map. Sebuah senyuman mengembang di bibir pinknya.

“Kita akan bertemu lagi, Sasuke-kun!!”

.

.

.

.

To Be Continue...

Otakupedia :
-          Mecha : Genre animanga yang kisahnya menitik beratkan pada robot. Genre anime ini bisa kita temukan kayak Gundam, Tengen Toppa Gurren Lagann, Evangelion, Eureka Seven.
-          Osamu Tezuka : Mangaka yang author kenal sebagai pencipta manga Astro Boy.
-          Hikkikomori : Dalam bahasa Jepang yang berarti seseorang yang memilih untuk mengisolasi diri (menghindarkan diri) dari kehidupan sosial (kehidupan luar) dan memilih untuk menghabiskan sebagian besar waktu mereka untuk diam di rumah, kalaupun ke luar rumah hanya seperlunya saja.

...

{ 2 comments... read them below or Comment }

  1. Balasan
    1. Maaf baru bales. Kamu klik di bagian tag fanfiction di situ pasti ada chapter 3-4 (karena baru segitu updatenya)

      Hapus

- Copyright © 2013 Lidatan - Gumi - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -