Posted by : Lidatan Kamis, 03 Januari 2013


Oh! Mr. Hikkikomori

A Naruto Fanfiction

All Character Naruto © Masashi Kishimoto

NHK Ni Youkoso © Tatsuhiko Takimoto

11 Eyes Original Soundtrack Altair © ASRIEL

Story © Vanille Yacchan

Warning : OOC, AU, TYPO(S), DLDR, SASUSAKU, LOLICON

Rated T 

Summary : Ketika kita mendengar kata Hikkikomori, apa yang terlintas dalam pikiran kita? Otaku? Anime? Manga? Game? Cupu?/Uchiha Sasuke, pemuda yang memilih untuk mengisolasi dirinya dari kehidupan sosial, tetangga apartemen maniak, dan gadis pink yang misterius/Welcome to the Hikkikomori World!
...

 [Chapter One : New Neighbour and Accindental Occurence]

.

.

.

.
Ctik... Ctik... Ctik...

Ctik...

Shakunetsu ni tsukinukeru senkou yo
Oimotometeru  sorezore no yume wa dare mo ga yuzurenai.
Kakusei no DOA hiraki  tobidase.

Ctik... Ctik... Ctik...

Ctik...

Mayoi  osore sore wa kienu tomo.
Takanaru mune no kodou  kono te ni yadoshite.
Hanate  Shiny blast my soul...

“AAAAAARRRRRRGHHHHHH!!”

Pemuda dengan perawakan jangkung dan memiliki surai bak pantat ayam itu sedikit—bahkan bisa dibilang sangat terganggu dengan suara audio yang luar biasa memekakkan indera pendengarannya. Ia mendengus, mengistirahatkan kepala ayamnya di atas keyboard komputer yang monitornya masih menyala menampilkan sebuah game RPG—lima hari yang lalu ia mainkan.

Pemuda bermarga Uchiha itu HAMPIR meneriakkan kemenangan euforianya ketika ia tak lama lagi berhasil menundukkan musuh terakhirnya dan voila level enam belas yang ia tunggu-tunggu sudah terbentang di hadapannya. Tetapi suratan takdir melawan kehendaknya, tetangga apartemen barunya yang super brengsek itu memutar musik anime berulang-ulang dan yang paling terburuk, volumenya yang super dahsyat itu menganggu kinerja otaknya untuk memusatkan perhatiannya pada musuh yang mencoba menyerangnya.

‘Apa yang dipikirkan orang itu sih sepanjang hari memutar Altair, dasar tetangga bodoh.’ Pekik innernya jengkel. 

Atensinya mengarah pada sebuah buku tabungan yang tergeletak tak jauh dari letak komputernya. Ia menghela nafas pasrah. Hilang sudah moodnya melanjutkan game yang beberapa menit lalu tertunda apalagi ketika ia melihat nominal angka yang tertera di atas kertas putih itu.

¥ 60

Aaaaah... lebih baik bunuh saja dirinya.

“AAAAARRRGGHH!!!” Pemuda itu menegakkan tubuhnya, ia mengacak-acak rambut bak pantat ayamnya yang berantakan semakin menambah hancur style rambutnya yang aneh itu.

GROOOKKKKK

Spontan pemuda itu memegangi perutnya, merasakan sensasi asing yang mencoba menusuk-nusuk isi perutnya. Seingatnya ia tak pernah memakan makanan yang tak wajar. Jadi hal apa kiranya yang membuat perutnya terasa sakit? Memorinya mencoba merekonstruksi ulang kejadian beberapa hari yang lalu dan ah~ benar juga ia baru ingat, lima hari ini ia sama sekali belum menyantap makanan, hanya karena gara-gara game terobosan Square Enix itu ia sukses menjadi orang sinting selama lima hari.

Tak perlu menunggu para badan pemerintahan yang bertugas memelihara keamanan itu menemukan bangkainya yang membusuk di apartemen sederhananya, ia bangkit dari kursi empuknya, melenggos menuju ruangan dapur. Ketika tangannya membuka gagang rice cooker, matanya melotot sempurna, ‘OH GOD!’ Teriak innernya horor. Sama sekali tak ada tersisa nasi sedikitpun di dalam sana. Tubuhnya melemas, bibir tipisnya tak henti-hentinya berkomat-kamit melontarkan kalimat ‘aku akan mati!’

‘AARRRGHH... Cukup sudah kehidupan Hikkikomori ini. Mulai sekarang aku akan mencari pekerjaan, dan semua orang tidak akan memanggilku HIKKIKOMORI lagi!’ Seru innernya seraya menyeringai, ‘t-t-tapi interview pekerjaan itu sungguh menakutkan.’ Tambah innernya menciut.
Uchiha Sasuke, pemuda berumur dua puluh tiga tahun, pecandu dunia maya tingkat akut, pernah di drop out dari perkuliahan, gamers amatiran, dan yang paling terburuk dari segalanya ia merupakan penyandang Hikkikomori. Oh! Hell jika ia memiliki pilihan hidup, maka ia akan memilih hidup sebagai makhluk melata, kemudian di konsumsi oleh beberapa hewan yang lebih besar darinya dan voila hidupnya berguna untuk makhluk lainnya. Tapi, lain halnya dengan dirinya yang asli, pengangguran, tidak pandai bersosialisasi, dua puluh empat jam hanya menghabiskan waktunya di depan benda elektronik melakukan surfing di dalam dunia maya aaah~ bagai makhluk bak parasit yang mendiami muka bumi dan tak memiliki kegunaan apapun.

GROOOKKKKK

Rasa laparnya semakin menjadi-jadi. Atensinya mengarah pada jam dinding di sudut ruangan. Pukul 11 PM. Sasuke menghela nafas pelan, ia berjalan lunglai menuju ranjangnya dan merebahkan tubuhnya yang menurutnya entahlah tak terdifinisikan bagaimana baunya. Pandangan matanya mulai mengabur.

‘Jangan mati, sebelum kau menjadi manusia berguna, bakaaaaaaa!’ Bentak innernya.

Seketika bola matanya terbuka lebar. Dengan sekejap, ia bangkit dari tidurnya dan mencoba mencari sesuatu yang dapat mengganjal perutnya.

Ia berlari kecil, melangkahkan kakinya menuju lemari pakaian. Tangannya bergerak membuka knop pintu lemari, atensinya menyapu tiap-tiap petak di dalam lemarinya. Sasuke mendengus, mana mungkin ia pernah menyimpan makanan di lemari pakaian? Saking bodohnya jika ia benar-benar melakukannya.

Rasa kesal menyelimuti dirinya, kenapa beberapa hari yang lalu ia lebih memilih membeli doujinshi yang berisi karakter-karakter moe di ajang comiket daripada membeli makanan yang justru sangat penting jika ia tak mau dihadapkan dengan jurang kematian. Ah~ penyesalan memang selalu ada di akhir kisah, bukan?

Sasuke menepuk jidadnya pelan, ‘Baka... baka... bakaaaaaa.’ Ia berniat lain kali tidak akan terbuai dengan kesenangan sementara. ‘Tapi aku penasaran dengan kelanjutan kisah Meirin,’ ucap innernya, ‘apa Meirin akan ditolong oleh pria berpakaian robot atau bahkan ia akan...’

“BAKAAAAAAA!!! Kenapa pada saat seperti ini aku memikirkan hal yang tak penting?” Sasuke mendengus, ia membanting pintu lemarinya dengan keras. Berbalik menuju ranjangnya yang berbalut seprei dark blue. Tak lama ia menghenyakkan pantatnya di ranjangnya, menumpu wajahnya dengan sebelah tangannya.

Tanpa sengaja iris onyxnya menangkap sebuah obi yang terselip diantara sekumpulan doujinshi-doujinshi yang berhamburan di lantai apartemen. Seketika saraf di otaknya terhubung. Memorinya mendeteksi sebuah ide yang tanpa sengaja pernah ia baca di sebuah website yang menurutnya what the fuck? Mungkin dulu benar jika ia menganggap ide bodoh itu terlalu di buat-buat. Tetapi tanpa di duga-duga ide gila yang di tulis sang author itu sangat ia butuhkan sekarang juga.

‘Karma macam apa yang sedang terjadi pada diriku?’

Sasuke bangkit dari ranjangnya, dengan perlahan ia mengambil obi berwarna hitam itu, ‘Kiat-kiat menahan lapar eh? Akan ku buktikan jika ide aneh author itu benar-benar terbukti.’ Tanpa ragu ia mulai mengikat obi hitam disekeliling perutnya dengan kencang. Yah~ walaupun pada awalnya memang sangat sakit, tapi tak ada cara lain untuk bertahan hidup satu hari ini saja.

Sasuke meringis, ia berjalan membungkuk seraya tangannya meraih-raih ranjang yang tak jauh di hadapannya, ‘apa yang dipikirkan author bodoh itu sih? Ini sakit sekali.’ Pikirnya sembari menghenyakkan pantatnya di lantai, merebahkan kepalanya di atas ranjangnya. Well... well... Rupanya pemuda satu ini tak sadar betul siapa yang sebenarnya pantas di sebut sangat bodoh.

“Arrrrhhhh...” Jeritnya seraya mengelus-elus perutnya. Bahkan ia baru menyadari bahwa tetangga sebelah apartemennya masih melanjutkan memutar musik animenya. Ia mengambil bantal yang tak jauh dari tempatnya. Menenggelamkan wajahnya di atas bantal, kedua tangannya bergerak menutup sepasang indera pendengarannya.

‘Tak mungkin aku akan mati—’

Koko ni hokoru shimei wo  bokura wa tada tsuranuku kara.

‘dengan keadaan seperti ini.’

Kakete  Shiny blast my soul.
Hatenaki daichi e.
Sono saki ni egaku monogatari wo tsukurou.

“AARRRGHHH... ORANG MACAM APA SIH HAMPIR TENGAH MALAM MEMUTAR MUSIK DENGAN VOLUME YANG LUAR BIASA KERASNYA?” Teriaknya, ia bangkit dari duduknya bergegas melenggos menuju pintu depan apartemennya dengan tak sabaran dan tak lupa merenggut paksa obi yang melingkar di perutnya.

KNOCK... KNOCK...

Sasuke menggedor pintu tetangga barunya secara bertahap.

Sagase  Lost paradise my soul.

KNOCK... KNOCK...

Bokura no ketsui yo zutto  tooku e tsuzuke  motto takaku mirai e.

“Oiiiiiiii!! MATIKAN MUSIKMU BRENGSEEEEKKKKK!!!” Teriaknya masih setia menggedor pintu di hadapannya. Tapi tak ada satu pun respon dari si penghuni apartemen, karena ketidaksabaran mengalahkan segalanya maka ia memilih mendobrak pintu apartemen tetangga barunya dan tanpa berpikir panjang bagaimana cara menggantinya.

Matanya melotot sempurna, ketika hal pertama yang ia lihat adalah dua lemari besar di seberangnya yang di penuhi dengan tankoubon-tankoubon manga. Ketika atensinya beralih ke sudut ruangan ia dihadapkan dengan sebuah lemari yang di penuhi figur-figur anime yang kebanyakan bergender perempuan.
Atensinya beralih menatap lantai apartemen yang di penuhi dengan doujinshi bahkan manga yang tak cukup di tampung di dalam lemari di hadapannya. Dan tak lupa si penghuni apartemen menghiasi dinding apartemennya dengan poster-poster anime yang err... membuat darahmu memanas jika memandangnya. Hell, cobaan apa lagi ini? Ia bertemu dengan orang yang lebih maniak daripada dirinya.

‘Orang macam apa dia!!’ Pekik innernya tak percaya dengan pemandangan di hadapannya.

“Senpai?”

Seketika pikirannya buyar, dengan sekejap ia mengalihkan atensinya ke arah sumber suara yang menginterupsi luapan pikirannya mengenai kamar apartemen di hadapannya. Bola matanya hampir meloncat keluar ketika melihat sosok pemuda di hadapannya.

“KAU!!”

.

.

.

.

TAAKK

“Heh—ternyata tetangga baru yang pindah di sebelah apartemenku itu kau orangnya!!” Seru Sasuke yang telah selesai merampok makanan tetangga barunya, ia meletakkan cup mie instan yang telah ludes di atas meja yang berada di seberangnya. Menenggak ludes bir yang tentu saja merupakan hasil rampokan juga.

Si pemilik apartemen menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal, “senpai, ternyata kau sama sekali tak berubah.”

Kedua alis Sasuke terangkat, onyxnya meneliti dengan detail sosok yang berada di hadapannya. Orang yang ditatap merasa ngeri dengan sifat senpainya yang tiba-tiba menatapnya terlalu intens, ‘jangan bilang kalau dia itu penyuka—‘

“Kau juga masih sama seperti dulu, Naruto!” Suara baritone Sasuke menginterupsi pikiran kotor pemuda berambut pirang di hadapannya. ‘Walaupun sekarang kau lebih maniak.’ Tambah innernya seraya mengangguk afirmatif.

“Aa! Sasuke-senpai!” Panggil Naruto setelah menenggak ludes setengah birnya.

Perhatian Sasuke yang pada awalnya tertuju pada sebuah majalah di hadapannya kini teralihkan pada sosok pemuda pirang di hadapannya. “Apa?” Jawabnya tak penuh minat kemudian kembali pada rutinitas awalnya.

Naruto meneguk salivanya, ia ragu menanyakan hal ini. “Anooo... aku dengar kau—“

Sasuke yang penasaran dengan sekejap langsung mengalihkan atensinya pada sosok Naruto yang kini memasang ekspresi gugup luar biasa. Satu alis Sasuke terangkat, mencoba menunggu lanjutan kalimat yang akan Naruto ucapkan.

Tanpa Sasuke sadari, iris onyxnya yang tajam itu menimbulkan keringat-keringat dingin yang bercucuran di jidad pemuda pirang itu. Naruto menggelengkan kepalanya, “tidak jadi senpai!”

Sasuke mendengus, kembali mengalihkan perhatiannya pada sebuah majalah di hadapannya. Bahkan ia tak menyadari Naruto bernafas lega ketika onyx itu tak menatapnya secara tajam lagi.

‘Mengerikan.’ Pikirnya.

Dan setelah itu keheningan melanda di antara keduanya. Sasuke yang masih sibuk dengan bahan bacaannya, sedangkan Naruto, ia sibuk berdebat dengan batinnya mengenai pertanyaan yang tak jadi ia ucapkan pada senpai di hadapannya.

BRAAK

“Aku tak percaya dengan keadaan Jepang sekarang!” Ucap Sasuke memecahkan keheningan, tangan kanannya menggebrak meja kayu dihadapannya. “Kenapa studio anime selalu merilis anime yang luar biasa seperti ini?” Ucapnya seraya menyodorkan halaman majalah bergambar yang menampilkan sosok direktur studio anime yang kini terkenal seantero Jepang. “Tak heran jika para otaku semakin membludak tiada henti. Ini namanya persekongkolan, orang awam seperti kita tidak bisa berbuat apa-apa untuk menghentikannya.” Tambahnya seraya menggelengkan kepalanya tak mengerti. Sosok pemuda di hadapannya hanya bisa menatap senpainya jawdrop.

“U-uh... aku tidak mengerti apa maksudmu, senpai.” Ucap Naruto yang telah berhasil menetralisir kekagetannya. Sebuah kerutan halus menghiasi keningnya.

Sasuke menghela nafas dalam, ia menutup majalah milik Naruto dengan sentakan keras. “Apa kau tak menyadari, jika para otaku semakin tak terhitung jumlahnya, negara kita akan hancur Naruto. Penyakit otaku itu sangat mengerikan! Mereka terlalu tergila-gila, kemudian mengurung dirinya di kamar sampai berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun hanya untuk mengisi kesehariannya membaca manga, menonton anime, atau bermain game. Yang lebih parahnya mereka tak memiliki kesempatan untuk bersosialisasi di luar rumah dan bekerja untuk memenuhi kebutuhannya di hari yang akan datang. Masyarakat non produktif itu hanya parasit di muka bumi ini.” Jelas Sasuke meluap-luap. Tatapan matanya menyiratkan kengerian pada dampak yang akan terjadi dengan kehidupan para otaku.

‘Oh! Hell bahkan kau juga seperti itu, bukan? Seorang hikkikomori yang terlalu takut bersosialisasi dengan orang yang tak kau kenal. Kau juga masyarakat non produktif, baka!’ Ucap innernya meyakinkan.

Sasuke mencondongkan tubuhnya ke arah pemuda bermarga Uzumaki itu. Kedua tangannya terulur memegang bahu Naruto. “Sudah jelas kau disini sebagai korbannya, Naruto dan tak bisa kau bayangkan aku juga korban dari persekongkolan dunia bisnis ini!” Ucap Sasuke seraya melepaskan pegangannya dan menegakkan tubuhnya kembali.

Naruto yang tak percaya dengan ucapan senpainya, bibirnya menganga. Tanpa ia sadari ucapan senpainya itu benar-benar mengena dengan personalitas miliknya. Ya! Ia seorang otaku! Apa ada yang salah dengan otaku? Memang setiap masyarakat di negara ini menilai para otaku itu penyendiri yang aneh. Berterima kasihlah pada insiden pembunuhan berantai pada tahun silam. Seorang kolektor manga yang setia dan otaku pembunuh yang membuat setiap masyarakat curiga pada geek yang terlalu fanatik. Tapi Naruto yakin, ia bukan otaku seperti rata-rata otaku maniak lainnya. Ia hanya seorang otaku biasa, pemuda pengkolektor manga dan figur anime, bahkan ia bukan seorang hikkikomori. Ia menyimpulkan bahwa kehidupannya sebagai otaku tak akan membebaninya, seperti yang telah di asumsikan oleh senpai di hadapannya.

“Mana bisa aku meninggalkan kehidupan otaku yang menyenangkan ini, senpai!” Geram Naruto seraya bangkit dari duduknya. Ia melangkahkan kakinya menuju lemari besar, tangannya bergerak membuka knop pintu lemari tersebut. “Bagaimana dengan manga karya Katagiri Ikumi yang cool ini?” Ia menyodorkan sebuah manga dengan cover art yang menampilkan pemuda pirang yang jatuh dari langit. Sasuke yang masih duduk seraya menumpu wajahnya dengan satu tangannya hanya mengangkat satu alisnya.

Naruto bergegas mengembalikan manga yang ia anggap cool itu ketempat semula. Ia menutup lemarinya dengan pelan. Kemudian langkah kakinya membawanya ke sebuah kardus yang tak jauh dari letak lemari. “Bagaimana dengan beberapa koleksi DVD Gundam yang ku dapatkan dengan susah payah!” Jeritnya seraya menyodorkan lima buah DVD anime mecha dengan tatapan menggebu-gebu.

‘Heh! Mana ku tahu ahoo!!’ Jerit inner Sasuke menjawab.

Dengan tak berperasaan Naruto menghempaskan koleksi DVDnya ke dalam kardus. Ia melenggos pergi menuju sudut ruangan. Membuka lemari yang di penuhi figur-figur anime yang kebanyakan bergender perempuan itu dengan sangat hati-hati. Sasuke dengan sangat jelas dapat melihat mata biru kouhainya itu berbinar-binar. “Bagaimana dengan my sweet Mikarin. Jika aku membuangnya di pastikan seluruh hidupku akan dipenuhi dengan kesuraman!”  Serunya seraya memeluk figur gadis maid robo layaknya bocah berumur satu tahun yang baru di belikan boneka beruang.

Satu alis Sasuke berkedut. Ia tak tahan dengan nasib Naruto yang menyedihkan. Lihat saja sekarang kouhainya itu menelanjangi figur maid robonya guna mengganti pakaian figur anime yang sangatsangatsangat di cintai pemuda pirang di hadapannya itu. Sasuke dapat melihat wajah Naruto bersemu merah ketika kedua mata biru Naruto terfokus pada tubuh telanjang figur maid robonya.

‘Apa-apaan dia itu!’ Teriak inner Sasuke kesal.

Dengan sekejap Sasuke bangkit dari duduknya, langkah kakinya bergegas membawanya ke hadapan kouhai semasa SMPnya.

“Sadarlah Naruto!” Hardik Sasuke merebut maid robo dari tangan pemuda pirang di hadapannya. “Ini adalah tipe ilusi yang membuat orang-orang menjadi sinting!” Tambah Sasuke seraya menunjuk sang objek pembawa petaka yang di genggam di tangan kanannya.

“Whaaaa!! My sweet Mikarin!! Apa yang kau lakukan!! Kembalikan my sweet Mikarin!!” Bentak Naruto berurai air mata. “Ayolah, takkan ada seorang pun yang akan terluka!” Ucap Naruto seraya menggapai figur anime yang disembunyikan di belakang punggung senpainya.

“Kau lah yang melukai dirimu sendiri. SADARLAH!!” Bentak Sasuke sembari tangan bebasnya mendorong tubuh pemuda di hadapannya. “Benda ini akan kubuang demi kebaikanmu!!” Sasuke bergegas melangkahkan kakinya menuju pintu apartemen yang notabene dengan susah payah keduanya perbaiki. Naruto hanya meringkuk dan menjerit histeris.

BRAAK

Pemuda raven itu membuka pintu apartemen Naruto dengan keras. Ia terkekeh menatap Naruto yang meringkuk di lantai berurai air mata. “Kenapa kau tidak mengucapkan selamat tinggal dengan maid robo mu sebelum aku membuang—“

Ketika ia memalingkan wajahnya dan bersiap membuang benda pembawa petaka itu, seketika kedua iris onyxnya mendelik. Bibirnya menganga menatap sosok belia yang berada di hadapannya terperanjat.
“—nya!”

Saat iris emerald itu melirik benda yang di genggam di tangan kanannya, pemuda raven itu membeku. Sasuke bersumpah dengan jelas dapat melihat sosok di hadapannya merona. ‘OH! GOD! Apakah ini hukuman darimu atas dosa-dosaku?’ Jerit innernya histeris.

Sebelum rasa malunya memuncak, Sasuke memutar tubuhnya dan berbalik menutup pintu apartemen Naruto dengan keras. Ia menyandarkan tubuhnya pada pintu apartemen dan menghirup rakus seluruh oksigen. Oh! Hell!! Setelah title hikkikomori dengan resmi di sandangnya kini title baru ‘si pemuda cabul’ akan resmi di sandang pemuda itu.

“INI SEMUA GARA-GARA FIGUR ANIME BRENGSEEEKK!!” Jerit Sasuke seraya membanting benda yang benar-benar pembawa petaka baginya dan pemuda pirang di hadapannya yang kini menegakkan tubuhnya menggapai maid robo yang telah sukses di lecehkan oleh senpainya. Naruto mengelus-elus surai hitam maid robo miliknya dan tak tahu menahu soal senpainya yang kini meringkuk di hadapan pintu apartemennya. Aura gelap mengitari sekeliling tubuh pemuda raven itu.

‘Semoga aku tidak di pertemukan dengan sosok itu.’ Harap innernya memohon.

Well—rupanya pemuda satu ini tidak tahu bagaimana suratan takdir telah mengatur jalan kehidupannya.


.

.

.

.


To Be Continue...


Otakupedia :

-            Moe : Konsep karakter muda, feminine, dan innocent.

-            Comiket : Comic Market

-            Square Enix : Studio anime yang pernah merilis anime/game macam Final Fantasy, Pandora Hearts, Kingdom Hearts, Kuroshitsuji, etc.

-            Tankoubon : Manga yang diterbitkan per volume atau jilid.

-            Mecha : Genre animanga yang kisahnya menitik beratkan pada robot.

-            Doujinshi : Karya animanga buatan fans yang diinspirasi dari animanga tertentu.

-            Katagiri Ikumi : Mangaka Are You Alice? (A/N : Saya gak tahu mau memasukkan mangaka yang mana, jadinya saya memilih beliau)

-            Hikkikomori : Dalam bahasa Jepang yang berarti seseorang yang memilih untuk mengisolasi diri (menghindarkan diri) dari kehidupan sosial (kehidupan luar) dan memilih untuk menghabiskan sebagian besar waktu mereka untuk diam di rumah, kalaupun ke luar rumah hanya seperlunya saja.

-            Otaku : Sekelompok orang penggemar Anime, Idol, maupun Game tingkat akut bin kronis. Pengertian Otaku sendiri sebenarnya tidak selalu punya hobi yang kejepang-jepangan kaya anime dsb, tetapi intinya lebih kepada Orang yang sungguh sangat terlalu fokus sama hobinya.

...

Halloooo readers-san. Saya datang lagi membawa fiksi yang terinspirasi dari manga NHK, jujur saja dari dulu kepengen banget mengulas tentang otaku atau gak hikkikomori yang kalau di indo penyakit psikologi ini sama kayak INTROVERT ‘kan? *Nyengir* BTW saya juga introvert *gak ada yang nanya*

Hn! Hn! Bagi yang pernah baca manga atau nonton animenya jangan berharap saya bakalan masukin genre hentainya ke dalam fiksi saya, hahahahahaha...

Sekedar pengetahuan saja kejadian otaku sang pembunuh berantai itu memang benar loh! Kalau gak salah pada tahun 1989 pelakunya di tangkap. Mungkin akibat insiden itu otaku di Jepang gak suka kalau dirinya disebut dengan otaku.

Okay~ akhir kata, terima kasih sudah mau meluangkan waktunya...
Oh iya Fict ini juga udah pernah saya publish di akun FFn saya, kalau mau silahkan bertandang ke sana, kalau gak saah udah dua chapter HERE

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © 2013 Lidatan - Gumi - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -