Oh!
Mr. Hikkikomori
A
Naruto Fanfiction
All
Character Naruto © Masashi Kishimoto
NHK
Ni Youkoso © Tatsuhiko Takimoto
Story
© Vanille Yacchan
Warning
: OOC, AU, TYPO(S), DLDR, SASUSAKU, LOLICON
Rated
T
Summary :
Ketika kita mendengar kata Hikkikomori, apa yang terlintas dalam pikiran kita?
Otaku? Anime? Manga? Game? Cupu?/Uchiha Sasuke, pemuda yang memilih untuk
mengisolasi dirinya dari kehidupan sosial, tetangga apartemen maniak, dan gadis
pink yang misterius/Welcome to the Hikkikomori World!
...
BRAAK
“Aku
berhenti nii-san!” Teriak bocah berumur sepuluh tahun itu menggebrak meja di
hadapannya, “Aku tahu kau membodohi ku ‘kan?” Tambahnya seraya menghempaskan
kartu-kartu yang berada di kedua tangannya di atas meja.
Pemuda
yang lebih tua darinya hanya merespon dengan sebuah seringaian. Tak ayal
membuat bocah berumur sepuluh tahun itu kesal.
”Arrghh...
menyebalkan!!” Pekiknya seraya memalingkan wajahnya.
“Orang-orang
yang berlayar menempuh samudera, atom yang memblokir datangnya cahaya,
molekul-molekul jamur yang membasahi makanan—“
Bocah
berumur sepuluh tahun itu seketika memalingkan wajahnya, menatap sosok pemuda lebih
tua darinya yang kini menumpu wajahnya dengan satu tangannya di sebuah bingkai
jendela. Kerutan halus menghiasi kening bocah itu.
“Apa
yang kau bicarakan sih?” Potong bocah itu.
Namun
sang pemuda hanya mengabaikannya, ia tetap meneruskan kalimat yang terpotong
oleh bocah yang kini menatapnya bingung, “—dan lebih dari yang kita ketahui.”
Jeda sebentar, kedua bola mata hitam
pemuda itu memandang lurus untaian kanvas biru cerah yang terbentang di
hadapannya.
“Apa
kau tahu Sasuke?” Lanjut pemuda itu seraya memalingkan wajahnya, menatap lurus
di kedua bola mata hitam bocah di hadapannya yang sama persis seperti miliknya.
Tak lama pemuda itu kembali memalingkan wajahnya, memejamkan matanya guna meresapi
hembusan angin yang meniup surai hitamnya.
“Ada
sebuah konspirasi yang mencoba mempengaruhi masyarakat di zaman ini, dan kita
tak dapat berbuat apa-apa untuk menghentikannya. Jika kau pintar
mengabaikannya—“
Pemuda
itu menghela nafas pelan, dengan perlahan ia mengangkat kedua kelopak matanya.
“—maka
kau tidak akan terjebak di dalamnya.”
.
.
[Chapter
Two : Crazy Delusional, Fight!! Fight!! The Enemy, and Her]
.
.
Sasuke
mengerjap-ngerjapkan matanya. Atensinya mengarah pada jam dinding yang
tergantung di pojok ruangan kamar tidurnya, ‘ah~
sudah pukul 10 AM.’ Pikirnya. Setelah insiden memalukan itu, ia tanpa ragu
kembali ke apartemennya. Mencoba mengistirahatkan kedua matanya serta batinnya
yang benar-benar tercerai berai. Ya~ walaupun sekitar jam empat pagi pemuda itu
dapat benar-benar terlelap.
‘Brengsek
kau Naruto.’ Rutuk innernya kesal.
Ia beranjak dari
ranjangnya, menguap sembari merentangkan kedua tangannya. Langkah kakinya
membawanya ke ruangan dapur, tetapi ketika memorinya teringat dengan kondisinya
sekarang, ‘pemuda miskin yang tak memiliki uang lebih.’ Dengan sukses langkah
kakinya tertahan, tubuhnya melemas.
‘Apa
yang harus ku lakukan!!’ Jerit innernya berurai air mata.
Menelpon ibunya dan
mengatakan, ‘kaa-san aku kehabisan uang,
bisa tolong kirimkan?’ Hell!! Pikiran itu tak akan pernah mungkin ia
lakukan, walaupun keluarganya cukup mapan membiayaianya, tapi ia bertekad tak
ingin menyusahkan kedua orang tuanya.
Sasuke memutar
tubuhnya, berbalik melangkahkan kakinya menuju kamarnya. Tak lama Sasuke
menghenyakkan pantatnya di sebuah kursi empuk. Mata sayunya menatap layar flat monitor komputer yang menyala dua
puluh empat jam non stop di hadapannya. Tangannya bergerak menggapai mouse dengan lemas. Kursor mousenya mengklik taskbar aplikasi browser
yang tersedia di dalam komputernya.
Seketika layar flat komputernya menampilkan wujud
aplikasi browser tersebut, kedua
tangannya bergerak mengetik sebuah URL website dalam ruang tool bar address bar. Tanpa
menunggu lama, koneksi internet itu terhubung pada dunia cyberspace. Onyxnya
menyisiri tiap bait kalimat yang tertera di layar monitornya.
“Elavil ; inhibitor
monoamine, Selective serotonin reuptake inhibitors, Prozac,” gumamnya seraya onyxnya masih setia menatap layar flat monitor di hadapannya. “Err... dimana
Benzodiazepin... Benzodiazepin... Benzodiazepin...” Kursor mousenya dengan tak sabaran menscroll
area scroll bar pada browsernya.
Mata sayunya seketika
mendelik. Rasa amarahnya memuncak. Ia menggebrak keyboard di hadapannya agak keras, ‘dasar website tidak berguna.’
Teriak innernya. Pemuda raven itu
dengan gesit mengklik tombol close pada
browsernya. Ia menyandarkan tubuhnya
pada punggung kursi. Menghela nafas dalam sembari tangan kanannya memijat
keningnya dengan perlahan. Ia perlu obat penenang anti depresi itu, ya~
walaupun faktanya kondisi keuangannya menipis. Dan satu-satunya jalan terbaik
untuk mendapatkannya hanyalah meminjam uang, ‘tapi siapa?’ Tanya innernya.
Seketika jaringan saraf di otaknya mendeteksi sebuah ide, tanpa sengaja bibir
tipisnya menyeringai.
Tak lama sebuah bunyi
bel menginterupsi rancangan ide jahatnya. Sasuke mendecakkan lidahnya, ‘siang-siang begini siapa yang memencet bel
sih?’ Pikirnya. Ia beranjak dari kursi empuknya, melangkahkan kakinya
menuju pintu depan apartemen. Tangannya bergerak membuka knop pintu secara
waspada. Hal pertama yang dapat onyxnya
lihat adalah seorang wanita paruh baya bersurai brunette yang kini tersenyum lebar menatap Sasuke.
“Ap-apa yang kau
inginkan?” Gagap Sasuke to the point, merasa canggung dengan tatapan wanita brunette di hadapannya.
Dengan sekejap wanita brunette itu merogoh sesuatu di dalam
tas jinjing magentanya. Ia mengangsurkan sebuah selebaran di hadapan pemuda
raven yang kini mengangkat satu alisnya.
“Kami membagi gratis
selebaran ini, maukah kau melihatnya?” Pinta wanita brunette itu, parasnya yang telah di makan usia itu masih setia mengumbar
senyuman. Onyx Sasuke dengan cekatan
menyisiri tulisan cover selebaran
yang berada di kedua tangan kurus wanita brunette
di hadapannya. Seketika matanya mendelik, ‘a-ajakan sosialisasi!!’ Pekik innernya
tak percaya.
Well—kita
semua tahu jika pemuda bermarga Uchiha ini seorang penyandang hikkikomori, dan
faktanya seorang hikkikomori itu tak begitu pintar jika di hadapkan dengan interaksi
antar makhluk hidup. Apalagi jika pemuda pantat ayam itu di hadapkan dengan
sebuah perkumpulan yang notabene hampir seluruh karakteristik manusia terkumpul
di dalam sana. Oh! GOD! Mungkin ia
akan memilih menjatuhkan dirinya di atas gedung bertingkat.
Sebuah pertanyaan
timbul di benak pemuda raven itu, mengapa dari semua makhluk berakal di muka
bumi, ia harus di hadapkan dengan orang seperti ini?
‘Sial!’
Teriak
innernya. Pemuda raven itu belum siap
dengan peralihan penyakit anti-sosialnya menjadi seorang pemuda yang peduli
dengan kondisi lingkungan luar. Tapi tanpa di duga-duga sang pencipta mengirimkannya
makhluk asing pertama yang mencoba berinteraksi dengannya. Oh! Crap, pemuda pantat ayam itu mengutuk
ketidak adilan yang telah terjadi padanya sekarang.
“Tolong lihatlah sekali
saja!” Suara lembut wanita brunette di
hadapan Sasuke sukses membuyarkan pikirannya. Sasuke berdeham guna membasahi
kerongkongannya yang sedikit kering, ‘aku
harus mengatakan padanya bahwa aku tak tertarik dan voila wanita ini akan
segera menjauh dari hadapanku.’ Ucap innernya
memutuskan sebuah konklusi yang tercetak di dalam otaknya.
“Maaf, aku tidak ter—“
Tanpa di duga wanita brunette itu membuka selebaran yang di
pegang di kedua tangannya. Telunjuk kurusnya menunjuk sebuah kalimat yang
membuat pemuda di hadapannya melotot sempurna.
Penyakit
mengerikan hikkikomori akan menghancurkan masa muda kita, resiko apa yang anda ambil?
Segeralah bergabung dengan kami... Onyx Sasuke menyisiri tiap bait kalimat
yang di tunjuk wanita brunette di
hadapannya. Ia membeku, ‘apa-apaan wanita
ini?’ Jerit innernya histeris.
“Ya! Bulan ini secara
spesial kami mengangkat tema ini, apa kau tertarik?” Tanya wanita itu seraya
tersenyum ramah. Terus terang saja keramahan yang diberikan wanita itu membuat
Sasuke merasa... well—marah?
‘YA!
TENTU SAJA AKU TERTARIK!!’ Teriak innernya dengan nada sarkatis, ‘tenang...
tenanglah! Jangan berbuat yang menimbulkan kecurigaan, jika kau tak mau
membuatnya berteriak.’ Imbuh innernya
menasihati.
“Te-te-tentu saja!”
Serunya canggung sembari tangan kanannya menggaruk belakang kepalanya tak
gatal, di lanjutkan dengan suara tawa garing yang keluar dari bibirnya. Figur wanita
setengah baya itu hanya merespon
pemuda di hadapannya dengan sebuah senyuman.
“Hikkikomori? Aku tak
percaya mengapa negara ini banyak sekali penderita hikkikomori!!” Sergah Sasuke
dengan setengah nada mencemooh. Sedangkan wanita di hadapannya hanya mengangguk
afirmatif, “dan kau mungkin tak akan percaya jika pemuda di hadapanmu juga
seorang HIKKIKOMORI!!” Imbuhnya dengan nada sedikit keras di akhir suku kata
yang ia ucapkan. Wanita brunette itu
melotot, bibir merahnya yang dipulas dengan lipstik itu menganga.
“HIKKIKOMORI? YANG
BENAR SAJA!! APA KAU BERCANDA!? TAK MUNGKIN AKU MERASA TERASINGKAN DI MUKA BUMI
SEPERTI INI!” Teriak pemuda Uchiha itu meluap-luap, ‘oh! God! Bunuh aku sekarang juga! Apa yang ku katakan barusan?
Bukankah aku sudah setuju tak akan bertindak aneh!!’ Innernya memekik.
Karena emosi menguasai tubuhnya, pemuda itu tak lagi memedulikan seruan innernya.
“TIDAK HANYA ITU SAJA,
BAHKAN AKU TAK PERNAH BERKOMUNIKASI DENGAN ORANG LAIN SELAMA SATU TAHUN. AKU DI
DROP OUT DARI PERKULIAHAN TANPA
PEKERJAAN, DAN DISINILAH AKU SEKARANG, MENJADI PENYANDANG HIKKIKOMORI!!” Jelas
Sasuke seraya tertawa sarkatis, “HAL YANG PALING TERBURUK DARI SEGALANYA AKU
MEMILIKI SEBUAH MASA DEPAN YANG SIA-SIA, SETIAP KEJADIAN YANG MENIMPAKU SELALU
SAJA TAK MASUK AKAL, KAU TAHU?”
Dengan sekejap Sasuke
mencondongkan tubuhnya ke arah wanita brunette
itu. Tak ayal gerakan singkat itu membuat wanita brunette di hadapannya terperanjat, matanya sedikit melotot. Onyx Sasuke menatap emerald wanita brunette itu
dengan tatapan intimidasi, “EEEH!! NYONYA, APA KAU BODOH? BEGITU TAK SOPANNYA
KAU MENANYAKAN ‘RESIKO APA YANG ANDA
AMBIL’ PADA HIKKIKOMORI! JIKA AKU BISA BERHARAP SEMBUH DARI HIKKIKOMORI AKU
TIDAK AKAN MERASA SEFRUSTASI INI SEKARANG!!” Beber pemuda Uchiha itu geram.
Sasuke menegakkan
punggungnya, onyxnya dapat melihat
wanita di hadapannya menghela nafas lega. Pemuda raven itu mencibir, “KALIAN
SEMUA PIKIR, KALIAN TAHU TENTANG DIRIKU!? AKU BAHKAN SENDIRI TAK TAHU MENGENAI
DIRIKU... JADI TAK MUNGKIN KALIAN BISA MENGERTI!” Bentak Sasuke, wanita brunette itu kembali terperanjat. Tentu
saja di karenakan oleh kata-kata pedas
yang dilontarkan dari bibir pemuda di hadapannya.
“Err... se-sepertinya
aku terburu-buru. Aku harus pergi, maaf jika telah mengganggumu.” Ucap wanita brunette itu takut-takut. Tubuhnya
berbalik meninggalkan sosok Sasuke yang masih berdiri tegak di ambang pintu
apartemennya.
Tangan kanan pemuda
raven itu menggebrak keras pintu kayu berbalut cat berwarna putih di sampingnya,
mengindahkan rasa nyeri yang berdenyut di tangan kanannya, “SIAL!!” Jeritnya.
.
.
.
.
Uzumaki
Naruto, pemuda kuning yang notabene penderita akut
delusif. Pemuda yang selalu mengaku jika dunia ilusi itu lebih menyenangkan
jika di bandingkan dengan realita di muka bumi. Pemuda yang akan memilih gadis dua
dimensi dibandingkan dengan gadis tiga dimensi yang menurutnya begitu
merepotkan. Ah~ bahkan kau tak akan pernah habis mendeskripsikan bagaimana
pemuda itu begitu memuja segala sesuatu yang berhubungan dengan dunia delusif
yang dimilikinya.
Iris birunya menyortir
beberapa kepingan koleksi DVD anime mecha miliknya tempo dulu yang ia beli di
Akibahara, “Gundam, Evangelion, Gurren Lagann...” Gumamnya sembari beberapa DVD
itu ia hempaskan dengan kasar di lantai apartemennya.
Seketika matanya
melotot, bibirnya menganga ketika iris birunya menangkap sebuah objek yang
telah lama ia cari-cari. Tangannya bergerak mengangkat sang objek yang
membuatnya seperti orang bodoh. Kedua iris birunya menatap sang objek dengan
tatapan layaknya seorang pemuda yang rindu dengan kekasihnya,
“A-a-a-astro
ASTRO BOY!! Ini dia!! Akhirnya aku menemukanmu!!” Jerit pemuda kuning itu
bangkit dari acara jongkoknya, berjingkrak-jingkrak merayakan euforianya
sembari tangannya memeluk erat DVD tak berdosa itu. Bisa kau bayangkan betapa
bahagianya pemuda kuning itu?
Tanpa menunggu lama, Naruto
melenggos pergi menuju komputer layar flat
yang tak jauh dari tempat kumpulan koleksi DVD yang pemuda itu timbun. Ia menghempaskan pantatnya di
sebuah kursi empuk. Tak henti-hentinya Naruto mengerahkan senyuman di paras
imutnya. Terus terang saja, ia begitu rindu dengan tontonan masa kecilnya. Bahkan
sekarang pemuda itu dapat merasakan nostalgia di bulan Agustus pada masa
penayangan anime jadul itu.
Tangannya terjulur
meraih mouse, dengan tak sabaran ia
mempause media player yang notabene
dari tadi ia mainkan dengan volume medium. Ketika jari telunjuknya hendak
menyentuh tombol CD ROM, sebuah bunyi ‘BUUK’ beserta umpatan kesal menembus
indera pendengaran pemuda itu.
Kerutan halus menghiasi
kening Naruto. Ada apa dengan tetangga sebelah apartemennya? Jaringan saraf di
otaknya mencoba menerka-nerka sebuah konklusi yang membuat senpai semasa SMPnya
itu tiba-tiba mengamuk, ‘ah~ mungkin ia
kesal karena kalah main game.’ Terka
innernya sembari menganggukkan
kepalanya, ‘atau ia kesal karena
kehabisan makanan, mungkin juga!’ Imbuh innernya.
Tak lama sebuah bunyi
pintu apartemen ditutup dengan kasar beserta teriakan bak banshee menginterupsi pergerakan tangan pemuda kuning yang mencoba
memasukkan kepingan DVD di area CD ROM miliknya. Naruto mendengus, memorinya
teringat akan kejadian mengerikan semalam. Untuk apa ia memedulikan orang yang
telah mencoba merebut Mikarin miliknya?
Mengindahkan segala
konklusi yang telah tercetak di otaknya, pemuda itu kembali pada rutinitas
awalnya. Bibirnya merekah ketika iris birunya menatap layar flat komputer di hadapannya yang kini
menampilkan figur robot karya mangaka Osamu Tezuka yang notabene di cap sebagai
‘the father of manga.’
‘Balas
dendam itu memang menyenangkan hahaha~’ ucap innernya sembari tertawa senang.
.
.
.
.
BRAAK
Pemuda Uchiha itu
menutup pintu apartemennya secara kasar. Tangannya bergerak mengacak rambut
pantat ayamnya sembari berteriak histeris.
“AAARGGGHH!!”
Ia menghentak-hentakkan
kakinya pada lantai apartemen. Tak lama Sasuke menghenyakkan pantatnya pada
lantai solid, kepala ayamnya ia rebahkan di atas sebuah meja berkaki rendah di
hadapannya. Sasuke menghela nafas dalam. Apa yang telah ia lakukan barusan
bukanlah di luar akalnya. Seumur hidup ia tak pernah berteriak keras di hadapan
seorang wanita yang notabene masih seumuran dengan ibunya sendiri.
Hell!!
Tak cukupkah Tuhan memberinya kesialan yang menimpanya semalam? Dan sekarang ia
terduduk menyesal dengan sikapnya yang kasar.
Andai waktu bisa diputar balikkan, ia tak
akan pernah memilih membuka pintu apartemennya.
Sasuke menegakkan
kepalanya, onyx sayunya tertuju pada
lemari kayu bepernis di hadapannya. Pemuda itu bangkit dari duduknya, melangkahkan
kakinya menuju ke hadapan lemari kayu bepernis tersebut.
Pemuda Uchiha itu
menelan salivanya, agak ragu membuka knop pintu lemari berelief yang sama
sekali tak pernah ia perhatikan. Tapi Sasuke menggeleng kuat kepalanya, ia
butuh barang itu sekarang juga!! Dengan gesit kedua tangannya membuka knop
pintu lemari, menggapai benda yang ia anggap sebagai pelarian rasa frustasinya.
Tanpa menutup lemari yang sudah lama menjadi perabot penghias di ruang tengah apartemennya,
pemuda itu kembali menghenyakkan pantatnya di lantai solid, mengindahkan rasa
tak nyaman yang hinggap di punggungnya.
Indera penciumannya
menghirup sisa obat berbentuk bubuk—obat penenang anti depresi yang ia anggap
ampuh menetralisir rasa gugup maupun rasa frustasi yang ia miliki sekarang.
“AAAAAH~” pemuda raven
itu menghela nafas lega sembari ia merebahkan tubuhnya di lantai apartemen.
Kelopak matanya perlahan menutup, merasakan sensasi menenangkan pasca menghirup
benda yang biasanya menciptakan delusi absurd
bagi penggunanya. Iris onyxnya
terangkat, pandangannya mulai mengabur. Pemuda raven itu merasakan dunia
seolah-olah berputar, dan menciptakan dimensi delusif yang tak terlepas dari
pengaruh obat penenang anti depresi yang ia hirup.
“Oh yah~ ini dia!!”
Gumam Sasuke, “halllo semuanya!! Tuan Televisi, tuan Lemari, tuan Kulkas, tuan
Dispenser dan tuan Stereo system. Apa
kabar~~” sapanya, meracau tak jelas.
“Hai, Sasuke!! Apa
kehidupanmu sebagai hikkikomori sudah berakhir?” Tanya salah satu benda
menyerupai kulkas.
Sasuke bangkit dari tidurnya,
atensinya mengarah pada benda yang berfungsi sebagai pendingin makanan maupun
minuman yang kini memiliki sepasang indera penglihatan dan bahkan bisa
berbicara!!
“Tidak!!” Respon Sasuke
sembari menggelengkan kepalanya lemah. Sebuah pertanyaan timbul di benaknya,
‘Oh! God! Aku kembali tersesat di dunia ini
lagi!?!’
“Ayolah~ kebiasaan
mengurung dirimu di dalam apartemen ini bukan hal yang bagus. Cobalah sesekali
kau merasakan dunia luar!!” Kini benda menyerupai lemari angkat bicara, sembari
bibir besarnya tersenyum lebar.
“Mana mungkin!! Jika
aku keluar dari apartemen ini, anak-anak lain akan memanggilku dan menatap
remeh kepadaku!!” Teriak Sasuke seraya mengacak rambut pantat ayamnya.
Tak jauh dari letak
lemari sebuah benda elektronik bernama Stereo
system mencibir, “Haah~ kau tetap saja selalu bodoh!!”
“Tunggu dulu tuan Stereo system. Ia begitu karena diserang
oleh musuh!!” Interupsi sebuah Dispenser.
“Oleh musuh? Apa
maksudnya?” Kedua alis Stereo system itu
bertautan.
Dispenser mengangguk
afirmatif, “Ya! Game yang sering ia mainkan, doujinshi-doujinshi yang sering ia
beli, bahkan anime-anime yang biasanya ia tonton secara online! Merekalah musuhnya!! Ini konspirasi!! Konspirasi!!” Jerit Dispenser
meluap-luap, sedangkan Sasuke yang tak jauh dari tempat mereka hanya melongo
menatap dua benda itu saling berkomunikasi.
“AAAKHH!! Tak salah
lagi, ini ulah jahat organisasi rahasia!! Merekalah yang membuat benda-benda
yang kau sebutkan tadi, tuan Dispenser!!” Jerit benda elektronik bernama
Televisi, “mereka membuat hal itu agar dapat menanamkan bibit otaku dalam
populasi jiwa manusia. Akibatnya, keahlian dalam berinteraksi antar manusia
menurun, dan bahkan banyak hikkikomori menjamur di dunia ini!!” Imbuh Televisi
seraya menggelengkan kepalanya.
Keempat benda hidup
dalam dunia delusif milik pemuda raven itu mengangguk setuju terhadap gagasan
tuan Televisi, “Kau harus melawannya Sasuke!!” Teriak kelima benda hidup itu
menyemangati pemuda raven yang kini bangkit dari duduknya. Onyxnya berkilat cerah.
‘Benar!
Aku harus mencari pekerjaan untuk melawan konspirasi ini!!’
.
.
.
.
Iris onyxnya mengawasi bangunan modern bercat
putih yang dipadukan dengan warna gading. Pemuda raven itu menghela nafas
dalam. Sebagai seseorang yang agak
terganggu seperti dirinya, faktanya ia tak akan mau mengikuti ajakan khayalan
gila yang baru saja ia alami. Tapi lihatlah sisi baiknya, Sasuke mulai mencoba
keluar dari kehidupan hikkikomorinya, bahkan pemuda raven itu berterima kasih
pada khayalan gila yang menyadarkannya agar tak takut terhadap realita di dunia
ini.
Atensinya bergantian
menatap bangunan modern dihadapannya dan kembali menatap CV yang ia pegangi.
Sasuke kembali menghela nafas. Sebenarnya, ia masih tak siap. Tapi inilah jalan
satu-satunya untuk melawan konspirasi organisasi terselubung yang notabene
sudah membuatnya menjadi korban.
Tangannya bergerak
menyentuh gagang pintu yang terbuat dari besi aluminium. Dengan kekuatan penuh
Sasuke menarik pintu kaca, menyisipi diantara dua pintu kaca tebal yang terbuka
lebar. Ketika pemuda Uchiha itu menapakkan kakinya di dalam ruangan, ia
disambut udara dingin air conditioner yang
temperaturnya di atur agak tinggi, dengan perlahan Sasuke mendongak dan di buat
takjub oleh relief-relief keagamaan yang
terukir di langit-langit bangunan.
‘Ini
perpustakaan atau bangunan tempat berdoa?’ Tanya inner Sasuke sembari menggelengkan
kepalanya tak percaya. Atensinya menyapu ruangan, meneliti tiap-tiap desain
bangunan yang ia anggap bak katedral Inggris. Keningnya mengkerut, walaupun
desain interiornya agak berbeda dari perpustakaan lainnya,
tapi tetap saja menurut pemuda Uchiha itu, ‘ini
terlalu berlebihan!’
Tanpa sengaja onyxnya menangkap sosok gadis belia memakai
kupluk berwarna peach— menutupi setengah rambutnya yang berwarna pink, ‘pink? Di zaman sekarang, ternyata gadis
belia senang mengecat rambutnya.’ Innernya menggeleng, menyayangkan keadaan
zaman modern yang tak lebih membuat manusia menjadi semakin absurd.
Si-gadis-kupluk itu duduk
tak jauh dari tempat si pemuda Uchiha itu berdiri, Sasuke yakin jika si gadis merupakan petugas tetap perpustakaan.
Dengan jiwa percaya diri, pemuda Uchiha itu melangkahkan kakinya menuju area counter pelayanan.
Dalam jarak satu meter,
langkah kaki pemuda raven itu tertahan. Sasuke menghirup rakus udara di
sekitarnya, tak ayal sang pemuda yang bisa di katakan memiliki paras cukup
tampan itu kini menjadi pusat perhatian di kalangan gadis-gadis yang
berseliweran—tak jauh dari tempat pemuda itu berdiri.
Faktanya, ia
cukup—bahkan bisa dibilang sangat benci jika di hadapkan dengan kondisi yang ia
alami sekarang. Maka dengan sifat apatisnya, Sasuke melanjutkan langkah kakinya
menuju area counter pelayanan yang ia
anggap begitu jauh.
Tangan Sasuke terjulur
gemetar, ia agak ragu menyentuh bahu si gadis—yang dari tadi onyxnya perhatikan agak sibuk dengan bahan
bacaannya. Dengan menutup erat kedua kelopak matanya, perlahan Sasuke menepuk
bahu si gadis. Gadis-kupluk itu tersentak di karenakan sentuhan tiba-tiba yang menimbulkan
efek kejut, dengan respon penasaran, si gadis memalingkan wajahnya. Iris emeraldnya mendapati seorang pemuda yang
perlahan mengangkat kedua kelopak matanya.
Onyx
dan
emerald itu saling bertatapan. Sang onyx meneliti tiap-tiap inci rupa sang
gadis. Otaknya mencoba mencerna, mengingat bagaimana iris emeraldnya, hidungnya yang mancung, warna rambut si gadis yang tak
biasa, bibir pinknya yang merekah. Seketika memori kejadian di malam mengerikan
itu hinggap di otak pemuda itu, bak serentetan potongan-potongan film yang terpisah
; emerald yang mendelik, surai
pendeknya yang berwarna abnormal di hembus angin malam, bibir pinknya yang
menganga.
Jaringan saraf di otak
pemuda itu mencoba mencocokan karakteristik gadis di hadapannya dengan gadis di
dalam memorinya. Sebuah konklusi yang di buat oleh otak pemuda itu membuatnya
seperti dihantam batu besar, gadis yang berada di hadapannya adalah gadis yang
sama di malam itu. Onyxnya mendelik, ‘d-d-d-dia gadis yang itu!!’
Sang emerald hanya menatapnya tajam. Tak ada sedikit
pun sebuah ekspresi yang terpatri di wajah mudanya, hanya ada raut datar.
Pemuda Uchiha itu sedikit takut, ‘tak
salah lagi dari tatapannya, ia pasti ingat kejadian malam itu!! Gadis ini pasti
akan mengataiku pemuda aneh bahkan pemuda cabul kekurangan hormon!!’
Spontan, Sasuke
menundukkan kepalanya. Bahkan ia masih bisa merasakan emerald tajam itu mengebor setiap inci bagian tubuhnya, ‘apa yang akan ku lakukan?’ Jerit innernya terdesak. Pilihan Sasuke hanya
ada dua; tinggalkan tempat ini lalu mengunci dirinya di apartemen tercinta
miliknya, atau tetap di sini dan dengan senang hati mendengar cacian yang akan terlontar
dari bibir gadis di hadapannya. Pemuda dengan tipe seperti Sasuke tentu saja
akan memilih option pertama. Hell, memangnya ia sudi dicela dengan
keadaan salah paham? Harga dirinya yang tinggi itu tak akan mampu menanggung rasa
malunya.
Pemuda itu bersiap membalikkan
tubuhnya, tapi sebuah tawa ringan berhasil menginterupsi pergerakan langkah
kaki Sasuke. Apa indera pendengarannya sudah mulai rusak? Mana mungkin gadis di
hadapannya tertawa? Sasuke jelas tahu, jenis tawa itu bukan jenis tawa
meremehkan atau tawa mengejek. Meyakinkan indera pendengarannya, pemuda raven
itu menegakkan kepalanya. Atensinya terfokus pada gadis pink yang kini
tersenyum manis ke arahnya.
“Halllooo, tuan emo!!”
Sapa gadis itu, di lanjutkan sebuah tawa geli terlontar dari bibirnya, entah di
karenakan ekspresi melongo pemuda di hadapannya atau kebodohan yang mereka
ciptakan saat pertemuan tak sengaja ini.
Onyxnya
mendelik. Pemuda itu meyakini bahwa bukan indera pendengarannya yang sudah rusak,
tapi otak gadis pink ini yang di khawatirkan sudah rusak total, ‘ada apa
dengannya?’ Tanya inner Sasuke
sedikit tak percaya.
“Kau ingat aku tidak?”
Pancing gadis pink itu seraya menunjuk-nunjuk wajahnya sendiri. Sedangkan
Sasuke hanya bergumam tidak jelas, yang mengakibatkan si gadis mencondongkan sedikit
tubuhnya ke arahnya, “Hah? Aku tidak mendengar apapun!!” Suara nyaringnya mampu
membuat setengah pengunjung menatap ke arah mereka. Kedua objek yang di tatap
hanya menunjukkan sikap apatis, merasa tak terjadi apa-apa.
“A-a-a-akuu tak ingat
sama sekali!” Elak Sasuke sedikit memundurkan tubuhnya, ‘uwaaaah!! Apa yang ku ucapkan barusan?’
Sebuah raut bingung
menghiasi paras imut gadis pink itu, “Seingatku, kau yang waktu itu ‘kan?
Pemuda yang sedang memegangi—“ jeda sebentar, gadis pink itu berdeham, “boneka
yang err—kau tahulah!!” Ucapnya di akhiri dengan tatapan berharap jika pemuda
di hadapannya merupakan orang yang ia maksud.
Sasuke menggaruk
belakang kepalanya yang tak gatal. Wajahnya di penuhi dengan rona merah bak
tomat yang siap di panen, “P-p-pasti kau salah orang. Itu tak mungkin aku.
Gomenasai!!” Sahut Sasuke bergegas meninggalkan sosok gadis pink yang melongo
menatap punggung pemuda itu.
Dengan perlahan, figur
gadis pink itu menegakkan tubuhnya, “Ah~ bahkan aku belum menanyakan apa
keperluannya!!” Keluh gadis itu sembari menumpu wajahnya dengan satu tangannya.
Tak sengaja atensinya
beralih pada sebuah map yang tergeletak di atas meja counternya. Satu alisnya terangkat, “Ini milik siapa?” Gumamnya,
seolah-olah bertanya pada dirinya sendiri. Karena rasa penasaran menggelayuti
dirinya. Tangannya bergerak membuka map berwarna hijau itu. Iris emeraldnya menyisiri bait kalimat yang
tertera di dalam map. Sebuah senyuman mengembang di bibir pinknya.
“Kita akan bertemu
lagi, Sasuke-kun!!”
.
.
.
.
To
Be Continue...
Otakupedia
:
-
Mecha
: Genre
animanga yang kisahnya menitik beratkan pada robot. Genre anime ini bisa kita
temukan kayak Gundam, Tengen Toppa Gurren Lagann, Evangelion, Eureka Seven.
-
Osamu
Tezuka : Mangaka yang author kenal sebagai pencipta manga
Astro Boy.
-
Hikkikomori
:
Dalam bahasa Jepang yang berarti seseorang yang memilih untuk mengisolasi diri
(menghindarkan diri) dari kehidupan sosial (kehidupan luar) dan memilih untuk
menghabiskan sebagian besar waktu mereka untuk diam di rumah, kalaupun ke luar
rumah hanya seperlunya saja.
...
yg chap 3 mana y?
BalasHapusMaaf baru bales. Kamu klik di bagian tag fanfiction di situ pasti ada chapter 3-4 (karena baru segitu updatenya)
Hapus