Oh!
Mr. Hikkikomori
A
Naruto Fanfiction
All
Character Naruto © Masashi Kishimoto
NHK
Ni Youkoso © Tatsuhiko Takimoto
11
Eyes Original Soundtrack Altair © ASRIEL
Story
© Vanille Yacchan
Warning
: OOC, AU, TYPO(S), DLDR, SASUSAKU, LOLICON
Rated
T
Summary
: Ketika kita mendengar kata Hikkikomori, apa yang terlintas dalam pikiran
kita? Otaku? Anime? Manga? Game? Cupu?/Uchiha Sasuke, pemuda yang
memilih untuk mengisolasi dirinya dari kehidupan sosial, tetangga
apartemen maniak, dan gadis pink yang misterius/Welcome to the
Hikkikomori World!
...
[Chapter One : New Neighbour and Accindental Occurence]
.
.
.
.
Ctik...
Ctik... Ctik...
Ctik...
Shakunetsu
ni tsukinukeru senkou yo
Oimotometeru sorezore no yume wa dare mo ga yuzurenai.
Kakusei
no DOA hiraki tobidase.
Ctik...
Ctik... Ctik...
Ctik...
Mayoi osore sore wa kienu tomo.
Takanaru
mune no kodou kono te ni yadoshite.
Hanate Shiny blast my soul...
“AAAAAARRRRRRGHHHHHH!!”
Pemuda dengan perawakan
jangkung dan memiliki surai bak pantat ayam itu sedikit—bahkan bisa dibilang sangat
terganggu dengan suara audio yang luar biasa memekakkan indera pendengarannya.
Ia mendengus, mengistirahatkan kepala ayamnya di atas keyboard komputer yang monitornya masih menyala menampilkan sebuah
game RPG—lima hari yang lalu ia mainkan.
Pemuda bermarga Uchiha
itu HAMPIR meneriakkan kemenangan euforianya ketika ia tak lama lagi berhasil
menundukkan musuh terakhirnya dan voila level
enam belas yang ia tunggu-tunggu sudah terbentang di hadapannya. Tetapi suratan
takdir melawan kehendaknya, tetangga apartemen barunya yang super brengsek itu
memutar musik anime berulang-ulang dan yang paling terburuk, volumenya yang
super dahsyat itu menganggu kinerja otaknya untuk memusatkan perhatiannya pada
musuh yang mencoba menyerangnya.
‘Apa
yang dipikirkan orang itu sih sepanjang hari memutar Altair, dasar tetangga
bodoh.’ Pekik innernya
jengkel.
Atensinya
mengarah pada sebuah buku tabungan yang tergeletak tak jauh dari letak
komputernya. Ia menghela nafas pasrah. Hilang sudah moodnya melanjutkan game yang beberapa menit lalu tertunda apalagi
ketika ia melihat nominal angka yang tertera di atas kertas putih itu.
¥
60
Aaaaah... lebih
baik bunuh saja dirinya.
“AAAAARRRGGHH!!!”
Pemuda itu menegakkan tubuhnya, ia mengacak-acak rambut bak pantat ayamnya yang
berantakan semakin menambah hancur style rambutnya
yang aneh itu.
GROOOKKKKK
Spontan pemuda
itu memegangi perutnya, merasakan sensasi asing yang mencoba menusuk-nusuk isi
perutnya. Seingatnya ia tak pernah memakan makanan yang tak wajar. Jadi hal apa
kiranya yang membuat perutnya terasa sakit? Memorinya mencoba merekonstruksi
ulang kejadian beberapa hari yang lalu dan ah~ benar juga ia baru ingat, lima
hari ini ia sama sekali belum menyantap makanan, hanya karena gara-gara game terobosan
Square Enix itu ia sukses menjadi
orang sinting selama lima hari.
Tak perlu menunggu para
badan pemerintahan yang bertugas memelihara keamanan itu menemukan bangkainya
yang membusuk di apartemen sederhananya, ia bangkit dari kursi empuknya,
melenggos menuju ruangan dapur. Ketika tangannya membuka gagang rice cooker, matanya melotot sempurna, ‘OH
GOD!’ Teriak innernya horor. Sama
sekali tak ada tersisa nasi sedikitpun di dalam sana. Tubuhnya melemas, bibir
tipisnya tak henti-hentinya berkomat-kamit melontarkan kalimat ‘aku akan mati!’
‘AARRRGHH...
Cukup sudah kehidupan Hikkikomori ini. Mulai sekarang aku akan mencari
pekerjaan, dan semua orang tidak akan memanggilku HIKKIKOMORI lagi!’ Seru
innernya seraya menyeringai, ‘t-t-tapi interview pekerjaan itu sungguh
menakutkan.’ Tambah innernya
menciut.
Uchiha Sasuke, pemuda
berumur dua puluh tiga tahun, pecandu dunia maya tingkat akut, pernah di drop out dari perkuliahan, gamers
amatiran, dan yang paling terburuk dari segalanya ia merupakan penyandang
Hikkikomori. Oh! Hell jika ia
memiliki pilihan hidup, maka ia akan memilih hidup sebagai makhluk melata,
kemudian di konsumsi oleh beberapa hewan yang lebih besar darinya dan voila hidupnya berguna untuk makhluk
lainnya. Tapi, lain halnya dengan dirinya yang asli, pengangguran, tidak pandai
bersosialisasi, dua puluh empat jam hanya menghabiskan waktunya di depan benda
elektronik melakukan surfing di dalam
dunia maya aaah~ bagai makhluk bak parasit yang mendiami muka bumi dan tak
memiliki kegunaan apapun.
GROOOKKKKK
Rasa laparnya semakin
menjadi-jadi. Atensinya mengarah pada jam dinding di sudut ruangan. Pukul 11 PM. Sasuke menghela nafas
pelan, ia berjalan lunglai menuju ranjangnya dan merebahkan tubuhnya yang
menurutnya entahlah tak terdifinisikan bagaimana baunya. Pandangan matanya
mulai mengabur.
‘Jangan
mati, sebelum kau menjadi manusia berguna, bakaaaaaaa!’ Bentak
innernya.
Seketika bola matanya
terbuka lebar. Dengan sekejap, ia bangkit dari tidurnya dan mencoba mencari
sesuatu yang dapat mengganjal perutnya.
Ia berlari kecil, melangkahkan
kakinya menuju lemari pakaian. Tangannya bergerak membuka knop pintu lemari, atensinya
menyapu tiap-tiap petak di dalam lemarinya. Sasuke mendengus, mana mungkin ia
pernah menyimpan makanan di lemari pakaian? Saking bodohnya jika ia benar-benar
melakukannya.
Rasa kesal menyelimuti
dirinya, kenapa beberapa hari yang lalu ia lebih memilih membeli doujinshi yang
berisi karakter-karakter moe di ajang comiket daripada membeli makanan yang
justru sangat penting jika ia tak mau dihadapkan dengan jurang kematian. Ah~
penyesalan memang selalu ada di akhir kisah, bukan?
Sasuke menepuk jidadnya
pelan, ‘Baka... baka... bakaaaaaa.’ Ia
berniat lain kali tidak akan terbuai dengan kesenangan sementara. ‘Tapi aku penasaran dengan kelanjutan kisah
Meirin,’ ucap innernya, ‘apa Meirin akan ditolong oleh pria
berpakaian robot atau bahkan ia akan...’
“BAKAAAAAAA!!! Kenapa
pada saat seperti ini aku memikirkan hal yang tak penting?” Sasuke mendengus,
ia membanting pintu lemarinya dengan keras.
Berbalik menuju ranjangnya yang berbalut seprei dark blue. Tak lama ia menghenyakkan pantatnya di ranjangnya, menumpu
wajahnya dengan sebelah tangannya.
Tanpa sengaja iris onyxnya menangkap sebuah obi yang
terselip diantara sekumpulan doujinshi-doujinshi yang berhamburan di lantai
apartemen. Seketika saraf di otaknya terhubung. Memorinya mendeteksi sebuah ide
yang tanpa sengaja pernah ia baca di sebuah website yang menurutnya what the fuck? Mungkin dulu benar jika
ia menganggap ide bodoh itu terlalu di buat-buat. Tetapi tanpa di duga-duga ide
gila yang di tulis sang author itu sangat ia butuhkan sekarang juga.
‘Karma
macam apa yang sedang terjadi pada diriku?’
Sasuke bangkit dari
ranjangnya, dengan perlahan ia mengambil obi berwarna hitam itu, ‘Kiat-kiat menahan lapar eh? Akan ku
buktikan jika ide aneh author itu benar-benar terbukti.’ Tanpa ragu ia
mulai mengikat obi hitam disekeliling perutnya dengan kencang. Yah~ walaupun
pada awalnya memang sangat sakit, tapi tak ada cara lain untuk bertahan hidup
satu hari ini saja.
Sasuke meringis, ia
berjalan membungkuk seraya tangannya meraih-raih ranjang yang tak jauh di
hadapannya, ‘apa yang dipikirkan author
bodoh itu sih? Ini sakit sekali.’ Pikirnya sembari menghenyakkan pantatnya
di lantai, merebahkan kepalanya di atas ranjangnya. Well... well... Rupanya pemuda satu ini tak sadar betul siapa yang
sebenarnya pantas di sebut sangat bodoh.
“Arrrrhhhh...” Jeritnya
seraya mengelus-elus perutnya. Bahkan ia baru menyadari bahwa tetangga sebelah
apartemennya masih melanjutkan memutar musik animenya. Ia mengambil bantal yang
tak jauh dari tempatnya. Menenggelamkan wajahnya di atas bantal, kedua
tangannya bergerak menutup sepasang indera pendengarannya.
‘Tak
mungkin aku akan mati—’
Koko
ni hokoru shimei wo bokura wa tada
tsuranuku kara.
‘dengan
keadaan seperti ini.’
Kakete Shiny blast my soul.
Hatenaki
daichi e.
Sono
saki ni egaku monogatari wo tsukurou.
“AARRRGHHH... ORANG
MACAM APA SIH HAMPIR TENGAH MALAM MEMUTAR MUSIK DENGAN VOLUME YANG LUAR BIASA
KERASNYA?” Teriaknya, ia bangkit
dari duduknya bergegas melenggos menuju pintu depan apartemennya dengan tak
sabaran dan tak lupa merenggut paksa obi yang melingkar di perutnya.
KNOCK...
KNOCK...
Sasuke menggedor pintu
tetangga barunya secara bertahap.
Sagase Lost paradise my soul.
KNOCK...
KNOCK...
Bokura
no ketsui yo zutto tooku e tsuzuke motto takaku mirai e.
“Oiiiiiiii!! MATIKAN
MUSIKMU BRENGSEEEEKKKKK!!!” Teriaknya masih setia menggedor pintu di
hadapannya. Tapi tak ada satu pun respon dari si penghuni apartemen, karena
ketidaksabaran mengalahkan segalanya maka ia memilih mendobrak pintu apartemen
tetangga barunya dan tanpa berpikir panjang bagaimana cara menggantinya.
Matanya melotot
sempurna, ketika hal pertama yang ia lihat adalah dua lemari besar di
seberangnya yang di penuhi dengan tankoubon-tankoubon manga. Ketika atensinya
beralih ke sudut ruangan ia dihadapkan dengan sebuah lemari yang di penuhi
figur-figur anime yang kebanyakan bergender
perempuan.
Atensinya beralih
menatap lantai apartemen yang di penuhi dengan doujinshi bahkan manga yang tak
cukup di tampung di dalam lemari di hadapannya. Dan tak lupa si penghuni
apartemen menghiasi dinding apartemennya dengan poster-poster anime yang err...
membuat darahmu memanas jika memandangnya. Hell,
cobaan apa lagi ini? Ia bertemu dengan orang yang lebih maniak daripada dirinya.
‘Orang
macam apa dia!!’ Pekik innernya tak percaya dengan pemandangan di hadapannya.
“Senpai?”
Seketika pikirannya buyar,
dengan sekejap ia mengalihkan atensinya ke arah sumber suara yang menginterupsi
luapan pikirannya mengenai kamar apartemen di hadapannya. Bola matanya hampir
meloncat keluar ketika melihat sosok pemuda di hadapannya.
“KAU!!”
.
.
.
.
TAAKK
“Heh—ternyata tetangga
baru yang pindah di sebelah apartemenku itu kau orangnya!!” Seru Sasuke yang
telah selesai merampok makanan tetangga barunya, ia meletakkan cup mie instan
yang telah ludes di atas meja yang berada di seberangnya. Menenggak ludes bir
yang tentu saja merupakan hasil rampokan juga.
Si pemilik apartemen
menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal, “senpai, ternyata kau sama sekali
tak berubah.”
Kedua alis Sasuke
terangkat, onyxnya meneliti dengan
detail sosok yang berada di hadapannya. Orang yang ditatap merasa ngeri dengan
sifat senpainya yang tiba-tiba menatapnya terlalu intens, ‘jangan bilang kalau dia itu penyuka—‘
“Kau juga masih sama
seperti dulu, Naruto!” Suara baritone Sasuke menginterupsi pikiran kotor pemuda
berambut pirang di hadapannya. ‘Walaupun
sekarang kau lebih maniak.’ Tambah innernya
seraya mengangguk afirmatif.
“Aa! Sasuke-senpai!”
Panggil Naruto setelah menenggak ludes setengah birnya.
Perhatian Sasuke yang
pada awalnya tertuju pada sebuah majalah di hadapannya kini teralihkan pada
sosok pemuda pirang di hadapannya. “Apa?” Jawabnya tak penuh minat kemudian
kembali pada rutinitas awalnya.
Naruto meneguk
salivanya, ia ragu menanyakan hal ini. “Anooo... aku dengar kau—“
Sasuke yang penasaran dengan
sekejap langsung mengalihkan atensinya pada sosok Naruto yang kini memasang
ekspresi gugup luar biasa. Satu alis Sasuke terangkat, mencoba menunggu
lanjutan kalimat yang akan Naruto ucapkan.
Tanpa Sasuke sadari, iris
onyxnya yang tajam itu menimbulkan
keringat-keringat dingin yang bercucuran di jidad pemuda pirang itu. Naruto
menggelengkan kepalanya, “tidak jadi senpai!”
Sasuke mendengus,
kembali mengalihkan perhatiannya pada sebuah majalah di hadapannya. Bahkan ia
tak menyadari Naruto bernafas lega ketika onyx
itu tak menatapnya secara tajam lagi.
‘Mengerikan.’
Pikirnya.
Dan setelah itu
keheningan melanda di antara keduanya. Sasuke yang masih sibuk dengan bahan
bacaannya, sedangkan Naruto, ia sibuk berdebat dengan batinnya mengenai
pertanyaan yang tak jadi ia ucapkan pada senpai di hadapannya.
BRAAK
“Aku tak percaya dengan
keadaan Jepang sekarang!” Ucap Sasuke memecahkan keheningan, tangan kanannya menggebrak
meja kayu dihadapannya. “Kenapa studio anime selalu merilis anime yang luar
biasa seperti ini?” Ucapnya seraya menyodorkan halaman majalah bergambar yang
menampilkan sosok direktur studio anime yang kini terkenal seantero Jepang. “Tak
heran jika para otaku semakin membludak tiada henti. Ini namanya
persekongkolan, orang awam seperti kita tidak bisa berbuat apa-apa untuk menghentikannya.”
Tambahnya seraya menggelengkan kepalanya tak mengerti. Sosok pemuda di hadapannya
hanya bisa menatap senpainya jawdrop.
“U-uh... aku tidak
mengerti apa maksudmu, senpai.” Ucap Naruto yang telah berhasil menetralisir
kekagetannya. Sebuah kerutan halus menghiasi keningnya.
Sasuke menghela nafas
dalam, ia menutup majalah milik Naruto dengan sentakan keras. “Apa kau tak
menyadari, jika para otaku semakin tak terhitung jumlahnya, negara kita akan
hancur Naruto. Penyakit otaku itu sangat mengerikan! Mereka terlalu
tergila-gila, kemudian mengurung dirinya di kamar sampai berbulan-bulan atau
bahkan bertahun-tahun hanya untuk mengisi kesehariannya membaca manga, menonton
anime, atau bermain game. Yang lebih parahnya mereka tak memiliki kesempatan
untuk bersosialisasi di luar rumah dan bekerja untuk memenuhi kebutuhannya di
hari yang akan datang. Masyarakat non produktif itu hanya parasit di muka bumi
ini.” Jelas Sasuke meluap-luap. Tatapan matanya menyiratkan kengerian pada
dampak yang akan terjadi dengan kehidupan para otaku.
‘Oh!
Hell bahkan kau juga seperti itu, bukan? Seorang hikkikomori yang terlalu takut
bersosialisasi dengan orang yang tak kau kenal. Kau juga masyarakat non
produktif, baka!’ Ucap innernya
meyakinkan.
Sasuke mencondongkan
tubuhnya ke arah pemuda bermarga Uzumaki itu. Kedua tangannya terulur memegang
bahu Naruto. “Sudah jelas kau disini sebagai korbannya, Naruto dan tak bisa kau
bayangkan aku juga korban dari persekongkolan dunia bisnis ini!” Ucap Sasuke
seraya melepaskan pegangannya dan menegakkan tubuhnya kembali.
Naruto yang tak percaya
dengan ucapan senpainya, bibirnya menganga. Tanpa ia sadari ucapan senpainya
itu benar-benar mengena dengan personalitas miliknya. Ya! Ia seorang otaku! Apa
ada yang salah dengan otaku? Memang setiap masyarakat di negara ini menilai
para otaku itu penyendiri yang aneh. Berterima kasihlah pada insiden pembunuhan
berantai pada tahun silam. Seorang kolektor manga yang setia dan otaku pembunuh
yang membuat setiap masyarakat curiga pada geek
yang terlalu fanatik. Tapi Naruto yakin, ia bukan otaku seperti rata-rata
otaku maniak lainnya. Ia hanya seorang otaku biasa, pemuda pengkolektor manga
dan figur anime, bahkan ia bukan seorang hikkikomori. Ia menyimpulkan bahwa
kehidupannya sebagai otaku tak akan membebaninya, seperti yang telah di asumsikan
oleh senpai di hadapannya.
“Mana bisa aku
meninggalkan kehidupan otaku yang menyenangkan ini, senpai!” Geram Naruto
seraya bangkit dari duduknya. Ia melangkahkan kakinya menuju lemari besar,
tangannya bergerak membuka knop pintu lemari tersebut. “Bagaimana dengan manga
karya Katagiri Ikumi yang cool ini?”
Ia menyodorkan sebuah manga dengan cover art
yang menampilkan pemuda pirang yang jatuh dari langit. Sasuke yang masih duduk
seraya menumpu wajahnya dengan satu tangannya hanya mengangkat satu alisnya.
Naruto bergegas
mengembalikan manga yang ia anggap cool itu
ketempat semula. Ia menutup lemarinya dengan pelan. Kemudian langkah kakinya
membawanya ke sebuah kardus yang tak jauh dari letak lemari. “Bagaimana dengan
beberapa koleksi DVD Gundam yang ku dapatkan dengan susah payah!” Jeritnya
seraya menyodorkan lima buah DVD anime mecha
dengan tatapan menggebu-gebu.
‘Heh!
Mana ku tahu ahoo!!’ Jerit inner Sasuke menjawab.
Dengan tak berperasaan
Naruto menghempaskan koleksi DVDnya ke dalam kardus. Ia melenggos pergi menuju
sudut ruangan. Membuka lemari yang di penuhi figur-figur anime yang kebanyakan
bergender perempuan itu dengan sangat hati-hati. Sasuke dengan sangat jelas
dapat melihat mata biru kouhainya itu berbinar-binar. “Bagaimana dengan my sweet Mikarin. Jika aku membuangnya di
pastikan seluruh hidupku akan dipenuhi dengan kesuraman!” Serunya seraya memeluk figur gadis maid robo layaknya bocah berumur satu
tahun yang baru di belikan boneka beruang.
Satu alis Sasuke
berkedut. Ia tak tahan dengan nasib Naruto yang menyedihkan. Lihat saja
sekarang kouhainya itu menelanjangi figur maid
robonya guna mengganti pakaian figur anime yang sangatsangatsangat di cintai pemuda
pirang di hadapannya itu. Sasuke dapat melihat wajah Naruto bersemu merah
ketika kedua mata biru Naruto terfokus pada tubuh telanjang figur maid robonya.
‘Apa-apaan
dia itu!’ Teriak inner Sasuke
kesal.
Dengan sekejap Sasuke
bangkit dari duduknya, langkah kakinya bergegas membawanya ke hadapan kouhai
semasa SMPnya.
“Sadarlah Naruto!” Hardik
Sasuke merebut maid robo dari tangan
pemuda pirang di hadapannya. “Ini adalah tipe ilusi yang membuat orang-orang
menjadi sinting!” Tambah Sasuke seraya
menunjuk sang objek pembawa petaka yang di genggam di tangan kanannya.
“Whaaaa!! My sweet Mikarin!! Apa yang kau
lakukan!! Kembalikan my sweet Mikarin!!”
Bentak Naruto berurai air mata. “Ayolah, takkan ada seorang pun yang akan
terluka!” Ucap Naruto seraya menggapai figur anime yang disembunyikan di
belakang punggung senpainya.
“Kau lah yang melukai
dirimu sendiri. SADARLAH!!” Bentak Sasuke sembari tangan bebasnya mendorong
tubuh pemuda di hadapannya. “Benda ini akan kubuang demi kebaikanmu!!” Sasuke
bergegas melangkahkan kakinya menuju pintu apartemen yang notabene dengan susah
payah keduanya perbaiki. Naruto hanya meringkuk dan menjerit histeris.
BRAAK
Pemuda raven itu
membuka pintu apartemen Naruto dengan keras. Ia terkekeh menatap Naruto yang
meringkuk di lantai berurai air mata. “Kenapa kau tidak mengucapkan selamat
tinggal dengan maid robo mu sebelum
aku membuang—“
Ketika ia memalingkan
wajahnya dan bersiap membuang benda pembawa petaka itu, seketika kedua iris onyxnya mendelik. Bibirnya menganga
menatap sosok belia yang berada di hadapannya terperanjat.
“—nya!”
Saat iris emerald itu melirik benda yang di
genggam di tangan kanannya, pemuda raven itu membeku. Sasuke bersumpah dengan
jelas dapat melihat sosok di hadapannya merona. ‘OH! GOD! Apakah ini hukuman darimu atas dosa-dosaku?’ Jerit innernya histeris.
Sebelum rasa malunya
memuncak, Sasuke memutar tubuhnya dan berbalik menutup pintu apartemen Naruto
dengan keras. Ia menyandarkan tubuhnya pada pintu apartemen dan menghirup rakus
seluruh oksigen. Oh! Hell!! Setelah title hikkikomori dengan resmi di
sandangnya kini title baru ‘si pemuda cabul’ akan resmi di sandang
pemuda itu.
“INI SEMUA GARA-GARA
FIGUR ANIME BRENGSEEEKK!!” Jerit Sasuke seraya membanting benda yang
benar-benar pembawa petaka baginya dan pemuda pirang di hadapannya yang kini menegakkan
tubuhnya menggapai maid robo yang
telah sukses di lecehkan oleh senpainya. Naruto mengelus-elus surai hitam maid robo miliknya dan tak tahu menahu
soal senpainya yang kini meringkuk di hadapan pintu apartemennya. Aura gelap
mengitari sekeliling tubuh pemuda raven itu.
‘Semoga
aku tidak di pertemukan dengan sosok itu.’ Harap innernya memohon.
Well—rupanya
pemuda satu ini tidak tahu bagaimana suratan takdir telah mengatur jalan
kehidupannya.
.
.
.
.
To
Be Continue...
Otakupedia
:
-
Moe
: Konsep
karakter muda, feminine, dan innocent.
-
Comiket
: Comic Market
-
Square
Enix : Studio anime yang pernah merilis anime/game macam
Final Fantasy, Pandora Hearts, Kingdom Hearts, Kuroshitsuji, etc.
-
Tankoubon
: Manga
yang diterbitkan per volume atau jilid.
-
Mecha
: Genre
animanga yang kisahnya menitik beratkan pada robot.
-
Doujinshi
:
Karya animanga buatan fans yang diinspirasi dari animanga tertentu.
-
Katagiri
Ikumi : Mangaka Are
You Alice? (A/N : Saya gak tahu mau memasukkan mangaka yang mana, jadinya
saya memilih beliau)
-
Hikkikomori
:
Dalam bahasa Jepang yang berarti seseorang yang memilih untuk mengisolasi diri
(menghindarkan diri) dari kehidupan sosial (kehidupan luar) dan memilih untuk
menghabiskan sebagian besar waktu mereka untuk diam di rumah, kalaupun ke luar
rumah hanya seperlunya saja.
-
Otaku
:
Sekelompok orang penggemar Anime, Idol, maupun Game tingkat akut bin kronis. Pengertian
Otaku sendiri sebenarnya tidak selalu punya hobi yang kejepang-jepangan kaya
anime dsb, tetapi intinya lebih kepada Orang yang sungguh sangat terlalu fokus
sama hobinya.
...
Halloooo
readers-san. Saya datang lagi membawa fiksi yang terinspirasi dari manga NHK,
jujur saja dari dulu kepengen banget mengulas tentang otaku atau gak
hikkikomori yang kalau di indo penyakit psikologi ini sama kayak INTROVERT
‘kan? *Nyengir* BTW saya juga introvert *gak ada yang nanya*
Hn!
Hn! Bagi yang pernah baca manga atau nonton animenya jangan berharap saya
bakalan masukin genre hentainya ke dalam fiksi saya, hahahahahaha...
Sekedar
pengetahuan saja kejadian otaku sang pembunuh berantai itu memang benar loh!
Kalau gak salah pada tahun 1989 pelakunya di tangkap. Mungkin akibat insiden
itu otaku di Jepang gak suka kalau dirinya disebut dengan otaku.
Okay~
akhir kata, terima kasih sudah mau meluangkan waktunya...
Oh iya Fict ini juga udah pernah saya publish di akun FFn saya, kalau mau silahkan bertandang ke sana, kalau gak saah udah dua chapter HERE
Tidak ada komentar:
Posting Komentar